Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
NICHOLAS Saputra dulunya anak tongkrongan juga. Hal itu diakui aktor yang akrab disapa Nico itu saat menjadi pengisi acara #GenerasiCampus Roadshow di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (10/9).
Bagi Nico, momen ketika menjadi mahasiswa adalah pengalaman yang sangat bernilai. Dari sana, dia mendapatkan banyak ilmu, kenalan, dan ruang untuk berdiskusi dan bertukar pikiran.
“Ilmu-ilmu yang paling menyenangkan, yang paling banyak teringat sampai sekarang itu, saya dapatkan di kantin, bukan di kelas. Menurut saya, nongkrong di kantin itu betul-betul membuat kita merasa jadi mahasiswa,” kenang Nico.
Baca juga : Masuki Perkuliahan, Mahasiswa Perlu Dibekali Pencegahan Kekerasan Seksual dan Narkoba
“Karena kita saling sharing dengan banyak orang, dengan sumber ilmu yang mirip-mirip, melakukan banyak kegiatan di luar akademik. Menurut saya, itulah esensi menjadi mahasiswa,” sambungnya.
“Jadi anak kantin ya,” celetuk Dee Lestari yang juga menjadi pembicara di acara tersebut.
Semasa kuliah, Nico memang sangat aktif berkegiatan di luar jadwal akademik. Bagaimana tidak? Bahkan, sebelum menjadi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia program studi Arsitektur sekalipun, Nico telah aktif bergelut di dunia seni peran.
Baca juga : Wapres Minta Kampus Sesuaikan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri
Semasa kuliah, Nicholas Saputra membintangi filmnya yang fenomenal bersama Dian Sastrowardoyo, Ada Apa dengan Cinta? (2002). Nico juga menjadi host MTV Indonesia, siaran tahun 90-an yang amat populer di kalangan anak muda pada masanya.
Meski demikian, Nico tidak lantas melupakan tugas utamanya sebagai pembelajar di bidang keilmuan yang dipilihnya sendiri.
“Sambil kuliah, saya sambil main film. Di tengah tahun atau akhir tahun biasanya saya main filmnya, biar enggak ganggu kuliah,” ujar Nico.
Nico memberikan pesan kepada ribuan mahasiswa di acara #GenerasiCampus Roadshow, hal berbeda yang dijalani bersamaan dalam satu waktu, masih bisa ditekuni dengan baik sepanjang kita bisa konsisten dan bertanggung jawab atas apa pun pilihan kita.
#GenerasiCampus Roadshow adalah acara kerja sama Narasi dan Grab. Mengusung judul POV/XYZ: Generasi Bicara Generasi, acara ini bertujuan mengajak generasi muda dan generasi sebelumnya bertukar insight dan saling menggali potensi diri, serta saling memahami dan mendukung. Selain digelar untuk mahasiswa Jogja, acara ini akan segera digelar di Malang, Bandung dan Jakarta, hingga Oktober mendatang. (Z-1)
Magistus Miftah berhasil membuat Joko Anwar terkesan dengan kemampuan menari yang unik, dilakukan menggunakan sepasang sepatu hak tinggi atau heels.
Ari Irham tidak memungkiri bahwa menjaga emosi tetap konsisten sepanjang proses syuting tetap menjadi tantangan besar untuk dirinya.
Malcolm-Jamal Warner menciptakan banyak momen TV yang terukir dalam ingatan anak-anak Generasi X dan orangtua mereka lewat perannya sebagai Theo Huxtable di serial The Cosby Show.
Jovial da Lopez menyebut keberanian untuk keluar dari zona nyaman menjadi kunci penting dalam membentuk karakter yang tangguh dan percaya diri.
Emma Watson, yang berperan sebagai Hermione Granger dalam rangkaian film Harry Potter, mengendarai Audi biru dengan kecepatan 62 km/jam di zona 48 km/jam di Oxford pada 31 Juli malam tahun lalu.
Aktor sekaligus anggota grup idola K-pop Astro, Cha Eun Woo, tengah mempersiapkan album solo pertamanya sebelum menjalani wajib militer, akhir Juli ini.
Praktik multibahasa menjadi salah satu kunci untuk menarik minat mahasiswa asing untuk belajar di kampus-kampus Indonesia.
INSTITUSI pendidikan harus terus mendukung untuk tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) dengan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan berbasis pada aksi nyata.
Di tengah-tengah padatnya aktivitas kuliah, nongkrong dekat kampus jadi kegiatan tambahan para mahasiswa.
Langkah pemerintahan Trump bukan hanya mengancam masa depan mahasiswa, juga merendahkan kontribusi intelektual.
Saat ini, dari total mahasiswa yang terdaftar di Harvard, hampir 27% atau sekitar 6.800 orang merupakan mahasiswa internasional.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved