Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
NIKITA Willy, artis ternama Tanah Air, mengungkapkan pengalamannya sebagai seorang ibu di era digital yang penuh tantangan. Menurutnya, menjadi ibu bukanlah perkara mudah, terutama di tengah persaingan dan tekanan media sosial yang ada saat ini.
"Menjadi ibu itu sangat susah ya. Namun, menjadi ibu di era digital seperti sekarang berkali-kali lipat lebih susahnya. Apalagi kita sering membandingkan anak kita dengan anak lain di media sosial," ujarnya pada sesi seminar seputar MPASI yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Ia juga menyoroti bahaya dari perbandingan yang sering kali tidak sehat di media sosial. "Percayalah, yang kita lihat di media sosial tidak 100% indah. Pasti ada usaha dan pengorbanan di baliknya sehingga terlihat indah di media sosial. Jadi jangan percaya 100% dan kemudian merasa sakit hati dengan yang kita miliki dalam kehidupan kita," tambahnya.
Baca juga : Pelecehan Seksual Ibu ke Anak, UPTD PPA Tangsel Dampingi Korban
Artis berusia 29 tahun ini juga menekankan pentingnya fokus pada yang kita miliki secara nyata, yaitu anak-anak kita. "Yang penting, kita percaya pada kemampuan dan fasilitas yang kita sediakan untuk mereka," paparnya.
Terkait perubahan berat badan anak, Niki menyampaikan pandangannya bahwa hal tersebut hanya bersifat sementara. "Selama grafik perkembangan anak naik terus, kita bisa merasa aman. Jika terjadi penurunan berat badan atau masalah lain, itu hanya sementara. Nanti berat badan mereka akan naik lagi," jelasnya.
Ia juga mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap istilah gagal total makan (GTM) yang sering kali digunakan untuk menggambarkan anak yang menolak makan. "Saya sebal banget denger kata GTM dan saya juga tidak tahu siapa yang pertama kali mengeluarkan kata-kata ini. Karena itu para ibu terlalu cepat memberi label kepada anaknya," ucapnya.
"Dalam pandanganku, anak yang menolak makan itu sama seperti kita orang dewasa. Pasti kita punya alasan, entah sedang kenyang atau mungkin sudah kebanyakan makan snack atau susu," lanjutnya.
Sebagai seorang ibu yang tengah menantikan kedua anaknya, Nikita Willy menutup wawancara dengan pesan positif untuk semua ibu. "Jadi, jangan selalu berpikir anak orang lain lebih ini atau lebih itu. Kita harus bersyukur dan merasa puas dengan yang kita miliki. Hargai dan nikmati perjalanan menjadi ibu, karena itu luar biasa," tutupnya. (Z-2)
AKTRIS Nikita Willy dan suaminya, Indra Priawan sering meluangkan waktu untuk berlibur bersama kedua anak mereka. Hal tersebut tampak dari foto-foto momen berlibur
PASANGAN Nikita Willy dan Indra Priawan baru-baru ini menggelar perayaan ulang tahun (ultah) anak pertamanya Issa Xander Djokosoetono yang telah berusia 3 tahun.
Nikita Willy mengatakan cara itu akan membantu sang anak belajar memilih apa yang diinginkan dan merasa lebih dihargai.
Aktris ternama Nikita Willy mengungkapkan dirinya menjadi korban penipuan yang melibatkan komika Fico Fachriza.
AKTRIS Nikita Willya memilih melahirkan anak kedua dengan metode water birth, mengenal metode water birth, keamanan, dan manfaatnya
Netizen Indonesia dibuat terkesima dengan penampilan Maia Estianty. Matan istri Ahmad Dhani ini terlihat semakin cantik dan awet muda
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Delapan dari 10 ibu mengandalkan rekomendasi dari komunitas parenting sebelum memutuskan pembelian.
Memanjakan diri merupakan kebutuhan psikologis bagi ibu selama melewati masa adaptasi pascapersalinan.
IBU ialah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Generasi yang memiliki daya pikir yang baik lahir dari ibu yang sehat, pintar, dan berdaya.
Anak-anak memiliki risiko tertinggi mengalami DBD berat dan kematian. Tingkat kematian anak pada kelompok usia 5-14 tahun mencapai 40%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved