Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Film Dokumenter Asal Kupang Berjudul Oma Tampil di Cannes Docs, Festival Film Cannes 2024

Fathurrozak
18/5/2024 07:30
Film Dokumenter Asal Kupang Berjudul Oma Tampil di Cannes Docs, Festival Film Cannes 2024
Sutradara dan produser film dokumenter Oma(Dok MI/Fathurrozak)

FILM dokumenter panjang berjudul Oma, yang disutradarai Armin Septiexan dan diproduseri Lodimeda Kini, menjadi satu-satunya proyek dokumenter Indonesia yang berkesempatan melakukan presentasi di Cannes Docs dalam rangkaian Marche du Film (MdF) Festival Film Cannes 2024.

Film Oma menjadi satu dari total empat proyek dokumenter panjang yang dibawa Docs by The Sea ke Cannes Docs. 

Dengan presentasi di Cannes Docs MdF, film Oma akan bertemu dengan para mitra kolaborator internasional untuk membantu selesainya film tersebut.

Baca juga : Di Festival Film Cannes 2024, JAFF Umumkan Keberadaan JAFF Market

Proyek dokumenter Oma dimulai pada 2016 ketika Armin membaca sebuah buku berjudul Memori Terlarang. Buku itu berisi tentang kutipan-kutipan atau cerita-cerita lisan dari para penyintas kekerasan genosida 1965 yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kebetulan karena saya tinggal di Nusa Tenggara Timur, jadi ketika saya baca buku itu saya penasaran. Kira-kira apa yang ada di buku ini, dia akan seperti apa ketika kalau saya membuat filmnya. Pada 2019, akhirnya, saya memutuskan untuk bertemu langsung dengan penyintasnya dan ingin mendengar langsung dari mereka. Akhirnya saya bertemu dengan karakter utama film Oma, yaitu Oma Net Markus,” cerita Armin usai melakukan presentasi di Cannes Docs Marche du Film di Festival Film Cannes 2024, Cannes, Prancis, Jumat (17/5).

Film Oma juga menjadi dokumenter ko-produksi Indonesia dan Filipina dengan bergabungnya produser asal Filipina, Armi Cacanindin. 

Baca juga : George Lucas akan Dapat Penghargaan Kehormatan di Festival Film Cannes

Digarap selama lima tahun, Oma diproyeksikan rampung pada awal 2025, jika memang bertemu dengan kolaborator baru untuk mewujudkan film tersebut.

“Sayangnya, walaupun kami sudah hampir di pengujung masa selesai produksi, memang secara finansial masih jauh dari cukup. Dengan adanya ko-produser dari Asia, kami bisa melamar beberapa forum pendanaan. Harapannya di Cannes Docs kami bisa bertemu dengan calon ko-produser Eropa. Sehingga kami bisa mengakses pendanaan dari Eropa untuk memenuhi kekurangan-kekurangan pendanaan yang kami miliki sehingga bisa menyelesaikan filmnya. Kalau semua lancar, kami bisa menyelesaikan filmnya awal tahun depan. Karena sekarang kita sudah mau memasuki editing dan post-production,” tambah produser film dokumenter Oma, Lodimeda Kini.

Menggunakan pendekatan observasional, Armin menyebut produksi Oma membutuhkan waktu panjang. Pada tahap awal, ia hanya bermodal kamera 70D tanpa penata suara. Hanya sendiri, Armin mulanya memasuki kehidupan Oma Net dengan mendengarkan cerita Oma sembari mengamati aktivitas hariannya.

Baca juga : Film Dokumenter Tentang Pembuatan GWK akan Tayang Perdana di Festival Film Internasional Vancouver 2023

Rekaman hasil observasinya itulah yang kemudian ia bawa ke forum Docs by the Sea yang dihelat Indocs. Sejak itu, perjalanan dokumenter Oma berlanjut. 

Salah satu yang disyukuri Lodi dan Armin adalah, untuk bisa berjalan lebih jauh, mereka mendapat fasilitasi dana FBK (Fasilitasi Bidang Kebudayaan) Dana Indonesiana yang dikelola Kemendikbudristek.

“Dari semua perjalanan, dari pitch ke pitch, dari forum ke forum kami sangat terbantu karena adanya dana perjalanan dari skema FBK. Karena mungkin kami berbeda ya dengan teman-teman yang ada di pulau Jawa. Kalau mau ke mana-mana kan dekat, murah. Tapi untuk kami bisa akses forum-forum yang hampir semuanya adanya di Indonesia bagian Barat, kami butuh biaya perjalanan yang banyak. Dan itu kami cukup terbantu dengan bisa melamar Dana FBK untuk dukungan perjalanan,” terang Lodi.

Baca juga : Ini Alasan Scorsese tidak Masukkan Filmnya dalam Kompetisi Festival Film Cannes

Lodi menjelaskan, film dokumenter Oma bercerita tentang seorang cucu yang berada di antara keluarga yang terbagi oleh sejarah. 

Peristiwa kekerasan genosida 1965 membagi masyarakat Indonesia menjadi dua bagian, termasuk cucu Oma Net yang berada di persimpangan kedua neneknya yang bertolak belakang.

“Secara tidak langsung, kita, generasi sekarang, berada di titik di mana kita tidak serta merta bisa melupakan. Karena kalau kita melupakan, kita tidak akan belajar apapun tentang sejarah itu. Tapi di sisi lain, dengan kita berusaha untuk mencari tahu, atau mengingat apa yang terjadi di masa lalu, kita menanggung sebuah beban tertentu untuk hidup di masa ini sebenarnya,” lanjut Lodi tentang film Oma.

“Jadi ini satu konflik di level keluarga yang diceritakan melalui cerita Oma. Karena ada dua oma dan satu cucu yang berada di tengah-tengah dua arus sejarah yang berbeda. Harapannya kita sebagai sebuah bangsa tidak melupakan tapi kita bisa belajar dari apa yang terjadi di masa lalu,” papar Lodi. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya