Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DI tengah nuansa politik bangsa yang kian memanas, helatan festival tahunan jaza, Jazz Gunung siap menjadi penyejuk Indonesia.
Jazz Gunung menjadi helatan ke-15 festival yang diselenggarakan di ketinggian 2000 mdpl. Tahun ini, festival yang berlangsung pada 21-22 Juli mengundang para legenda jazz dan musikus muda. Di antaranya nama para senior jaz adalah Margie Segers dan Mus Mujiono.
Sementara musikus jazz muda yang turut meramaikan adalah Daniel Dyonisius. Tahun ini, nama-nama beken di industri pop seperti Yura Yunita dan Ardhito Pramono juga akan menghangatkan suasana dingin di lereng Gunung Bromo, Jawa Timur.
Baca juga : Margie Segers: Festival Musik tidak Menumpuk di Jakarta
Jawara ajang pencarian bakat menyanyi dan penyanyi asal Probolinggo, Jawa Timur, Salma Salsabil, bakal membuka festival yang berlangsung di Amfiteater Jiwa Jawa Resort di desa Wonotoro, Probolinggo, Jawa Timur. Selama dua hari, festival menargetkan ada 5500 pengunjung yang turut meramaikan.
“Selama ini kami selalu konsisten melangsungkan Jazz Gunung bahkan ketika pandemi sekalipun. Kami selalu memberikan kesempatan para musikus untuk tampil di Bromo. Kami mengapresiasi dua hal, seni musik jazz dan mempromosikan tempatnya, Bromo,” kata pendiri Jazz Gunung Sigit Pramono dalam konferensi pers yang berlangsung di pusat kebudayaan Prancis di Indonesia, IFI Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa, (13/6).
Baca juga : Festival Bajafash Kembali Hadir di Panbil Eco Edupark, Kota Batam
“Sejak awal, Jazz Gunung mengusung jazz yang bernuansa etnis. Sebab itu yang tampil pun selalu mengajak kolaborasi dengan musikus yang menampilkan jazz bernuansa etnis,” lanjutnya.
Seniman dan budayawan Butet Kartaredjasa yang juga turut mendirikan Jazz Gunung, mengungkap festival bentukannya akan selalu membawa rasa penasaran. Dengan spontanitas permainan yang disuguhkan di atas panggung.
"Musik jazz yang berbalut dengan nuansa etnik, juga menjadi pembeda festival jaznya dengan deretan festival jazz lain di Indonesia," klaimnya.
“Saya sebenarnya baru terpikir ini secara spontan, karena ini adalah tahun politik, jadi Jazz Gunung tahun ini punya tagline ‘Jazz Bikin Sejuk Indonesia’,” seru Butet.
Menparekraf Sandiaga Uno yang juga hadir di konferensi pers mengatakan Jazz Gunung menjadi salah satu kalender penting acara musik di Indonesia dan bagi kementeriannya.
Ia juga mengajak para penonton Jazz Gunung dan para penampil bisa menyambangi salah satu desa wisata terbaik yang dinobatkan kementeriannya, Desa Wisata Edelweiss di Ngadisari, yang merupakan tetangga desa tempat Jazz Gunung berlangsung. (Z-5)
JAZZ Gunung telah hadir sebagai festival tahunan selama 17 tahun hingga saat ini. Membawa konsep baru dengan menghadirkan Jazz Gunung Series yang berlangsung pada 19 Juli, 26 Juli, dan 9 Agustus.
Tahun ini, Jazz Gunung juga akan kembali menghadirkan Jazz Camp, yang menjadi platform perkembangan para musisi-musisi jazz dari generasi terkini.
Bagas Indyatmono, Chief Executive Officer (CEO) Jazz Gunung Indonesia, naik ke atas panggung sebagai panelis, memperkenalkan kepada dunia tentang budaya jazz Indonesia.
Indonesia memiliki festival yang menawarkan pengalaman musikal yang luar biasa dan penuh pesona.
Pada edisi tahun ini, Jazz Gunung Bromo juga menghadirkan program baru untuk mewadahi para talenta muda yakni Bromo Jazz Camp
Memberikan pengalaman menonton jazz yang khas dengan kotanya juga menjadi pembeda Jazz Gunung dengan festival musik lainnya.
Kau Juga Semua Orang lahir dari keresahan pribadi Tradeto tentang kecenderungan manusia untuk selalu membandingkan diri dan merasa lebih unggul.
Single Yakin dari Rio Adiwardhana tetap membawa benang merah dari EP sebelumnya (Sisi Lain), dan menjadi lagu pembuka untuk EP selanjutnya
Penyanyi jazz Muthia Nadhira mempersembahkan interpretasi baru dari lagu legendaris Simpan Saja, menandai peluncuran album debutnya yang bertajuk Garden of Mimosa.
Lagu Kelam dari Jims Wong juga menjadi hal yang menarik karena hadirnya Artsi, menambah warna emosional dalam harmoni vokal yang mendalam.
Program konser tersebut mencakup karya dari para musisi hebat Hongaria seperti Franz Liszt, Béla Bartók, Zoltán Kodály, dan György Orbán, hingga khazanah musik rakyat Indonesia.
Hancur dari Tears Don't Lie bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya — bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved