Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
TREN musik yang dihasilkan Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan semakin naik daun. Lagu yang dihasilkan AI dibuat dengan meniru secara penuh karakter suara seseorang dalam menyanyikan sebuah lagu.
Tidak heran, banyak musisi yang menyanyikan lagu yang bukan miliknya, dengan karakter suara yang persis. Ini diciptakan oleh AI.
Di sosial media, bertebaran audio dimana musisi seperti Ariana Grande, Katy Perry, Drake, dan The Weeknd menyanyikan lagu yang bukan milik mereka, namun mirip suara mereka. Seperti Ariana yang menyanyikan lagu Komang, Rungkad, dan Sial to Domba Kuring.
Baca juga: Krisdayanti Putuskan Gunakan Nama Sesuai Akte Kelahiran
Yang lebih mengejutkan, bukan musisi saja yang bisa dimanipulasi. Bahkan audio dimana Presiden Joko Widodo menyanyikan lagu Asmalibrasi juga beredar di sosial media.
Keterlibatan AI dalam industri musik, bagi sebagian orang adalah bencana, dan sebagian lainnya sebagai inovasi.
Meskipun dianggap membunuh karakter, intuisi, dan improvisasi seorang musisi, AI juga mendapatkan dukungan. Salah satunya dari mantan istri Elon Musk, Grimes. Dalam postingan di media sosial, Grimes menuturkan bahwa dia bersedia suaranya digunakan untuk AI, asal diberi royalti 50%.
“Saya minta mendapatkan royalti 50% apabila suara saya dipakai untuk lagu yang sukses dihasilkan oleh AI,” ungkap Grimes, dikutip Sabtu (29/4).
Baca juga: Yura Yunita Mengaku Tertantang Tampil di Konser Yovie Widianto
“Ini kesepakatan yang sama, yang saya gunakan dengan artis yang berkolaborasi dengan saya. Silahkan, dengan bebas gunakan suara saya tanpa takut akan hukuman. Saya tidak berada di bawah label dan tidak punya ikatan legal,” lanjutnya.
Bahkan, Grimes mengaku kini tengah menyiapkan sebuah program yang dapat mensimulasikan suaranya untuk digunakan dalam memanipulasi lagu.
“Kami sedang membuat sebuah program yang bisa mensimulasikan suaraku dengan baik. Kami juga akan mengirim sampel bagi orang untuk bisa membuat suaranya sendiri,” tutur Grimes.
Namun, penolakan terhadap musik AI juga terjadi. Baru-baru ini, Universal Music Group menurunkan sebuah lagu berjudul Heart on My Sleeve, yang merupakan lagu buatan AI, yang menduetkan Drake dan The Weeknd. Padahal, hingga berita ini ditulis, lagu tersebut sudah 15 juta kali ditonton di TikTok dan 600 ribu kali didengar di Spotify.
Dalam tanggapannya, Universal Music Group memberi pernyataan yang jelas mengenai posisi mereka terhadap tren musik yang dihasilkan oleh AI.
“Sepanjang sejarah, seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem musik sudah jelas ingin berada di sisi yang mana, yaitu di sisi artis, fans dan ekspresi kreativitas manusia, dan bukan malah di sisi kepalsuan, kebohongan terhadap artis,” ungkap Universal Music Group dalam rilisnya, pada 17 April 2023.
Penolakan juga datang dari seniman musisi tanah air, Indra Aziz. Indra melihat bahwa fenomena penggunaan suara musisi oleh AI juga tak etis, karena sering kali tanpa izin dari yang bersangkutan.
“Dalam visual art, AI mengambil input ratusan ribu karya seni visual dan memprosesnya menjadi data untuk bahan membuat karya. Masalahnya sering kali proses mengambil karya seni termasuk style seorang seniman itu dilakukan tanpa izin si seniman aslinya. Sehingga hal ini kemudian memunculkan banyak protes karena dianggap tidak etis,” tulis Indra dikutip dari Pophariini, Sabtu (29/04).
Menurut Indra, banyak perangkat lunak musik yang saat ini bisa mendeteksi ketukan, pitch, dan kata-kata. Maka, dengan mengambil sampel dari ratusan ribu lagu musisi, karakter suara dapat diciptakan untuk membuat musik dari nol.
“Nah, ketika semua aspek musik menjadi terlalu sempurna secara matematika, hitungan pitch dan ketukannya, maka siapa yang akan paling jago membuatnya? Tentu saja komputer dan AI,” lanjut Indra.
Fenomena inilah yang disebut Indra sebagai “adapt or die”. Menurut Indra, besar kemungkinan profesi musisi bisa mati apabila tidak mengikuti perkembangan yang ada.
Apa yang terjadi hari ini, digambarkan kritikus musik Joe Coscarelli sebagai kondisi dimana suatu teknologi baru masuk ke dalam arus utama sebelum aturan yang diperlukan, diberlakukan.
Memang, regulasi dan aturan mengenai kompensasi bagi hasil dari musik yang dihasilkan oleh AI belum ada.
Hal inilah yang sedang didorong oleh sebuah koalisi yang dinamakan Human Artistry Campaign (Kampanye Artistik Personal) yang diluncurkan pada 16 Maret silam, dan didukung 40 organisasi yang bergerak di bidang musik.
“Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa teknologi kecerdasan dikembangan dan digunakan untuk mendukung kebudayaan dan artistik manusia– dan bukan malah sebaliknya,” ungkap perwakilan kampanye dalam pernyataan tertulis.
Kampanye ini berharap, AI digunakan untuk mendukung kesadaran akan pentingnya kekayaan intelektual dan hak cipta. (AFP/Z-1)
ACARA tinju selebritas Superstar Knockout (SKO) akan kembali digelar dengan volume ketiganya pada 9 Agustus mendatang di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta.
Dalam foto yang beredar, David Beckham terlihat beristirahat di ranjang rumah sakit dengan lengan kanannya dibalut gendongan berwarna biru besar.
Olla Ramlan tidak mengungkapkan secara detail alasan mengenai keputusannya melepas hijab. Sebab, ia merasa hal tersebut merupakan ranah privasi yang tidak harus diumbar.
Pria berusia 25 tahun tersebut meninggal dunia di salah satu penginapan di Jalan Maribaya, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Di tempat yang berbeda, beberapa teman Yura Yunita lainnya juga merayakan ulang tahunnya.
Miley Cyrus menjelaskan bahwa sejatinya para perempuan di usianya banyak yang mengenakan bikini dan sementara dirinya merasa nyaman mengenakan celana pendek.
AI Lab tersebut melengkapi ekosistem riset teknologi Veda Praxis, yang sebelumnya membangun Cybersecurity Lab di Indonesia dan Ho Chi Minh City, Vietnam.
Ketua Program Studi Manajemen S1 FEB UMB Dudi Permana menyampaikan AI semestinya menjadi alat bantu bagi manusia, bukan menggantikan peran manusia.
Chip ini merepresentasikan lompatan besar dalam performa dengan AI sebagai intinya, berkat Dimensity 9400+, kini pengalaman AI genetik pada ponsel pintar menjadi kenyataan
Moodle 5.0 kini menghadirkan kemampuan integrasi dengan kecerdasan buatan (AI), learning analytics, dan gamifikasi.
ARTIFICIAL intelligence atau akal imitasi (AI) dinilai memiliki potensi yang sangat besar dalam membentuk karakter bangsa. Untuk itu, AI tidak perlu dihindari, melainkan dirangkul.
KEPALA BRIN Laksana Tri Handoko menekankan Indonesia tak perlu ikut-ikutan jejak negara maju seperti Amerika Serikat yang menciptakan ChatGPT atau Tiongkok yang menciptakan DeepSeek dalam AI
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved