Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
TREN musik yang dihasilkan Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan semakin naik daun. Lagu yang dihasilkan AI dibuat dengan meniru secara penuh karakter suara seseorang dalam menyanyikan sebuah lagu.
Tidak heran, banyak musisi yang menyanyikan lagu yang bukan miliknya, dengan karakter suara yang persis. Ini diciptakan oleh AI.
Di sosial media, bertebaran audio dimana musisi seperti Ariana Grande, Katy Perry, Drake, dan The Weeknd menyanyikan lagu yang bukan milik mereka, namun mirip suara mereka. Seperti Ariana yang menyanyikan lagu Komang, Rungkad, dan Sial to Domba Kuring.
Baca juga: Krisdayanti Putuskan Gunakan Nama Sesuai Akte Kelahiran
Yang lebih mengejutkan, bukan musisi saja yang bisa dimanipulasi. Bahkan audio dimana Presiden Joko Widodo menyanyikan lagu Asmalibrasi juga beredar di sosial media.
Keterlibatan AI dalam industri musik, bagi sebagian orang adalah bencana, dan sebagian lainnya sebagai inovasi.
Meskipun dianggap membunuh karakter, intuisi, dan improvisasi seorang musisi, AI juga mendapatkan dukungan. Salah satunya dari mantan istri Elon Musk, Grimes. Dalam postingan di media sosial, Grimes menuturkan bahwa dia bersedia suaranya digunakan untuk AI, asal diberi royalti 50%.
“Saya minta mendapatkan royalti 50% apabila suara saya dipakai untuk lagu yang sukses dihasilkan oleh AI,” ungkap Grimes, dikutip Sabtu (29/4).
Baca juga: Yura Yunita Mengaku Tertantang Tampil di Konser Yovie Widianto
“Ini kesepakatan yang sama, yang saya gunakan dengan artis yang berkolaborasi dengan saya. Silahkan, dengan bebas gunakan suara saya tanpa takut akan hukuman. Saya tidak berada di bawah label dan tidak punya ikatan legal,” lanjutnya.
Bahkan, Grimes mengaku kini tengah menyiapkan sebuah program yang dapat mensimulasikan suaranya untuk digunakan dalam memanipulasi lagu.
“Kami sedang membuat sebuah program yang bisa mensimulasikan suaraku dengan baik. Kami juga akan mengirim sampel bagi orang untuk bisa membuat suaranya sendiri,” tutur Grimes.
Namun, penolakan terhadap musik AI juga terjadi. Baru-baru ini, Universal Music Group menurunkan sebuah lagu berjudul Heart on My Sleeve, yang merupakan lagu buatan AI, yang menduetkan Drake dan The Weeknd. Padahal, hingga berita ini ditulis, lagu tersebut sudah 15 juta kali ditonton di TikTok dan 600 ribu kali didengar di Spotify.
Dalam tanggapannya, Universal Music Group memberi pernyataan yang jelas mengenai posisi mereka terhadap tren musik yang dihasilkan oleh AI.
“Sepanjang sejarah, seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem musik sudah jelas ingin berada di sisi yang mana, yaitu di sisi artis, fans dan ekspresi kreativitas manusia, dan bukan malah di sisi kepalsuan, kebohongan terhadap artis,” ungkap Universal Music Group dalam rilisnya, pada 17 April 2023.
Penolakan juga datang dari seniman musisi tanah air, Indra Aziz. Indra melihat bahwa fenomena penggunaan suara musisi oleh AI juga tak etis, karena sering kali tanpa izin dari yang bersangkutan.
“Dalam visual art, AI mengambil input ratusan ribu karya seni visual dan memprosesnya menjadi data untuk bahan membuat karya. Masalahnya sering kali proses mengambil karya seni termasuk style seorang seniman itu dilakukan tanpa izin si seniman aslinya. Sehingga hal ini kemudian memunculkan banyak protes karena dianggap tidak etis,” tulis Indra dikutip dari Pophariini, Sabtu (29/04).
Menurut Indra, banyak perangkat lunak musik yang saat ini bisa mendeteksi ketukan, pitch, dan kata-kata. Maka, dengan mengambil sampel dari ratusan ribu lagu musisi, karakter suara dapat diciptakan untuk membuat musik dari nol.
“Nah, ketika semua aspek musik menjadi terlalu sempurna secara matematika, hitungan pitch dan ketukannya, maka siapa yang akan paling jago membuatnya? Tentu saja komputer dan AI,” lanjut Indra.
Fenomena inilah yang disebut Indra sebagai “adapt or die”. Menurut Indra, besar kemungkinan profesi musisi bisa mati apabila tidak mengikuti perkembangan yang ada.
Apa yang terjadi hari ini, digambarkan kritikus musik Joe Coscarelli sebagai kondisi dimana suatu teknologi baru masuk ke dalam arus utama sebelum aturan yang diperlukan, diberlakukan.
Memang, regulasi dan aturan mengenai kompensasi bagi hasil dari musik yang dihasilkan oleh AI belum ada.
Hal inilah yang sedang didorong oleh sebuah koalisi yang dinamakan Human Artistry Campaign (Kampanye Artistik Personal) yang diluncurkan pada 16 Maret silam, dan didukung 40 organisasi yang bergerak di bidang musik.
“Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa teknologi kecerdasan dikembangan dan digunakan untuk mendukung kebudayaan dan artistik manusia– dan bukan malah sebaliknya,” ungkap perwakilan kampanye dalam pernyataan tertulis.
Kampanye ini berharap, AI digunakan untuk mendukung kesadaran akan pentingnya kekayaan intelektual dan hak cipta. (AFP/Z-1)
Dalam foto yang beredar, David Beckham terlihat beristirahat di ranjang rumah sakit dengan lengan kanannya dibalut gendongan berwarna biru besar.
Olla Ramlan tidak mengungkapkan secara detail alasan mengenai keputusannya melepas hijab. Sebab, ia merasa hal tersebut merupakan ranah privasi yang tidak harus diumbar.
Pria berusia 25 tahun tersebut meninggal dunia di salah satu penginapan di Jalan Maribaya, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Di tempat yang berbeda, beberapa teman Yura Yunita lainnya juga merayakan ulang tahunnya.
Miley Cyrus menjelaskan bahwa sejatinya para perempuan di usianya banyak yang mengenakan bikini dan sementara dirinya merasa nyaman mengenakan celana pendek.
Kemajuan teknologi juga dinilai Maudy Ayunda membuat sistem pendidikan jadi lebih mudah karena dapat digelar baik di dalam maupun luar kelas dengan berbagai jenis metode pembelajaran.
Sistem Smart Classroom yang diimplementasikan IPB University bekerja sama dengan Huawei dan U-Learning, telah melalui uji coba terbatas dan menunjukkan hasil yang luar biasa.
World AI Show – Indonesia menawarkan platform strategis untuk dialog, investasi, dan kemitraan lintas sektor yang bertujuan untuk memungkinkan adopsi AI yang bertanggung jawab.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak hanya mengadopsi teknologi data streaming - mereka menerapkannya secara strategis untuk mengatasi tantangan bisnis.
Gekrafs mendorong anggota dewan menyusun draft undang-undang untuk diplomasi ekonomi kreatif. Tujuannya, agar budaya Indonesia dapat mendunia.
Agar agen AI (kecerdasan buatan) dapat mengambil keputusan yang tepat, mereka membutuhkan konteks historis tentang yang terjadi di masa lalu dan wawasan tentang saat ini.
Jika regulasi ini terus ditunda, Indonesia akan semakin tertinggal dan hanya menjadi pasar konsumen teknologi AI dari luar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved