Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kopi Keliling ala Kafetaria

Gana Buana
13/3/2020 08:25
Kopi Keliling ala Kafetaria
Kopi Jago, Kopi Keliling ala Kafetaria(DOK. KOPI JAGO)

KONSEP kopi keliling (mobile) dengan cita rasa kopi ala kafetaria ditawarkan Kopi Jago. Selain beradu rasa, Kopi Jago juga menjanjikan edukasi tentang kopi yang disajikan para barista terlatih.

CEO Kopi Jago Yoshua Tanu mengatakan sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia, di Indonesia saat ini muncul bisnis kopi baru. Hal itu terbukti dengan peningkatan bisnis kopi dalam tiga tahun terakhir, mulai kopi keliling hingga kedai-kedai kopi.

"Melihat tren kopi kekinian, Jago melihat peluang pasar untuk masuk ke dalam bisnis itu. Namun, Jago juga harus menciptakan sesuatu yang berbeda dari pelaku bisnis yang lebih dulu ada," ungkap Yoshua di Depot Jago, Kuningan, Jakarta, Kamis (5/3).

Ia menjelaskan, fokus bisnis kopi kekinian lebih mengedepankan perasa dari berbagai gula. Sayangnya, ada sesuatu yang hilang dari tren penjualan kopi kekinian, yakni para barista tidak bisa menginformasikan pada pembeli apa yang mereka sajikan. Padahal, bagi sebagian penikmat kopi, informasi itu sangat berharga.

"Tiap barista yang saya tanya sekarang mereka tidak paham apa yang mereka berikan. Ini sangat disayangkan. Ada yang hilang dari komunikasi tersebut. Padahal, kita bisa mengapresiasi sejarah kopi di Indonesia dengan komunikasi tesebut," jelas Yoshua.

Salah satu barista terbaik Indonesia ini mengatakan teknik pemasaran Jago Kopi ialah dengan mengedepankan konsep kopi keliling dengan sepeda listrik. Barista terlatih akan menghampiri pusat keramaian dan menyajikan kopi yang dibuat langsung di depan mereka.

Tak hanya itu, pelanggan juga bisa memesan kopi melalui aplikasi Jago yang akan disediakan dalam dua pekan ke depan. Dari aplikasi tersebut juga bisa dilihat di mana saja titik para barista Jago terdekat dengan lokasi para konsumen saat itu.

"Jago adalah the first fully electric mobile cafe di Indonesia. Pelanggan dapat memesan kopi melalui aplikasi Jago. Akan ada jagopreneur yang akan mendatangi pemesan dengan menggunakan sepeda listrik, bahkan ongkos kirimnya gratis," jelas dia.

Mitra Jago

Untuk menjadi mitra Kopi Jago, lanjut Joshua, para calon jagopreneur hanya perlu mengajukan diri melalui tahap wawancara serta bersedia mengikuti pelatihan selama tiga hari. Pelatihan yang akan diberikan meliputi pelatihan soal kopi di hari pertama, kemudian hospitaly service hari berikutnya, dan hari ketiga training menaiki sepeda listrik yang didesain khusus sebagai mobile electric service Jago.

"Hari keempat, mitra sudah bisa langsung shutling ke lokasi yang ada," kata dia.

Menjadi pengusaha Kopi Jago, Yoshua mengatakan pihaknya menerapkan sistem bagi hasil. Penghasilan para jagopreneur murni masuk ke rekening mereka sekitar 85% hingga 90%.

Hingga saat ini, Jago memiliki 50 carts untuk 50 orang jagopreneur. Rencananya, Jago akan mencari investor baru untuk menambah jumlah carts menjadi sekitar 250.

Untuk pilihan menu, Jago menawarkan tiga varian, yakni kopi panas yang diseduh di depan konsumen dengan menggunakan teknik manual brew, es kopi susu dengan menggunakan fresh coconut sugar, dan cold brew Tanah Airku.

Salah satu juara Indonesia Barista Championship Mikael Jasin mengatakan, rasa dari varian kopi bergantung pada proses awalnya. Ada kopi yang memiliki rasa sedikit manis, seperti varian Indonesia Mandheling Sumatra dan varian Flores Manggarai yang memiliki rasa sedikit fruity.

Kalau di Jago, untuk menu manual brew bisa dipilih di antara varian ini," kata dia. (Gan/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya