Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pahlawan Literasi dari Desa Mersam Batanghari Jambi

Mutia, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas PGRI Semarang
06/2/2025 16:10
Pahlawan Literasi dari Desa Mersam Batanghari Jambi
Maftuhatun, dan anak-anak di Rumah Baca Sayyidil Khusna di Mersam, Batanghari, Jambi.(Dok. Pribadi)

KEHADIRAN Rumah Baca Sayyidil Khusna di Mersam, Batanghari, Jambi, menjadi harapan bagi warga sekitar untuk masa depan anak-anak penerus desa tersebut. Siapa sangka, rumah baca yang kini menjadi pusat warga berkumpul, belajar, dan bermain itu ternyata didirikan oleh seorang ibu bernama Maftuhatun.

Sekilas, Maftuhatun, tampak seperti perempuan biasa yang hidup di kampung sebagai ibu rumah tangga pada umumnya. Penampilannya yang sederhana dengan menggunakan hijab andalannya, ia selalu menebarkan senyum pada warga sekitar, khususnya anak-anak.

Terlahir di bumi Blumah Kendal, Jawa Tengah, Maftuhatun, telah melalui banyak hal yang menuntut perjuangan sejak ia masih kecil. Ia mengaku banyak melalui kesulitan hingga merasakan luka batin ketika tumbuh di kampungnya.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah dan ikut suami melanjutkan kehidupan barunya di Mersam Jambi. Tak ada yang menyangka, anak perempuan pertama dari tiga bersaudara ini namanya akan dikenal di masyarakat Mersam, karena ketulusan dan pengabdiannya untuk dunia yang ia cintai, dunia literasi.

Mendirikan Rumah Baca Sayyidil Khusna

Pada tahun 2022, Maftuhatun mulai meniti cita-cita membangun rumah baca di tanah kelahiran suaminya di Mersam Batanghari. Ide tersebut muncul ketika ia sadar bahwa ia dulu tidak bisa mengakses pendidikan yang mumpuni.

Ketiadaan akses dan kondisi ekonomi orangtuanya yang juga terbatas sebagai petani, membuatnya harus mengubur mimpinya untuk berkuliah.

Namun, sejauh apapun kaki melangkah, ilmu yang ia miliki selalu mengalir ditubuhnya, jiwa pendidik selalu membersamai dimanapun ia berada, ilmu yang ia miliki akan menghidupkan jiwa.

Sebelum mendirikan rumah baca, ia hanyalah Ibu rumah tangga biasa, mengurus anak, mengurus suami, bahkan ia pernah berjualan kerupuk, rujak, berkebun. Segala hal asalkan halal ia lakukan tanpa gengsi.

Namun, saat pertama mendirikan rumah baca, tak banyak masyarakat yang langsung tertarik untuk menitipkan anaknya  belajar, dengan dedikasi dan keuletan memahami emosi anak, memahami karakter anak akhirnya sekarang Rumah Baca Sayyidil Khusna sudah memiliki banyak murid.

Maftuhatun mendirikan Rumah Baca Sayyidil Khusna sekaligus mengedukasi para ibu rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak abai akan hak untuk anak-anaknya dan tidak lupa tanggung jawab sebagai orang tua untuk memberikan yang terbaik. Perhatian Maftuhatun begitu mendalam kepada anak-anak. Ia meyakini perempuan adalah kunci peradaban. Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Maka ditangan perempuanlah aset-aset masa depan bangsa menjadikan generasi cerdas, untuk membangun generasi cerdas, cerdaskanlah dahulu para perempuanya.

Perjuangan Maftuhatun tentu bukan tanpa tantangan, niat baik memang tidak selalu diterima baik. Ada beberapa orang yang tidak menyukai saat ia berusaha mendirikan  Rumah Baca Sayyidil Khusna. Ia tak patah semangat, ia tetap berjuang dan memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca sejak usia dini. Berkat kesabaranya, pelan-pelan mulai direspon positif oleh masyarakat untuk percaya dan menitipkan anak-anaknya di Rumah Baca Sayyidil khusna. Maftuhatun bahagia melihat anak-anak yang ia didik mau sama-sama belajar dan berproses.

Ketika ditanya harapan untuk anak-anak di masa depan, Maftuhatun menjawab dengan berlinang.

“Anak-anak yang sekarang saya didik ini, tidak perlu mengingat saya ini siapa, yang penting mereka tumbuh sehat, menjadi pribadi yang berkarakter, sehat jasmani dan rohani, rendah hati, penuh kasih,mencintai keluarga, mencintai negeri ini dengan seluruh jiwa raganya. Kemudian mengimplementasikan cinta dengan cara mereka sendiri, kalau lihat mereka kelak hidup dengan baik, kerja keras saya dan orang tua mereka terbayarkan. Saya bahagia," katanya.
(Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya