Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Harus Bersiasat supaya Dapat Bertahan

Lilik Darmawan
11/1/2021 05:40
Harus Bersiasat supaya Dapat Bertahan
SIASAT BERTAHAN: Perajin bekerja di sentra pembuatan tempe di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (8/1).(MI/LILIK DAR MAWAN)

Kenaikan harga kedelai dari semula kisaran di Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogram menjadi Rp9.000 hingga Rp9.500 per kilogram menjadi pukulan berat bagi para produsen atau perajin tahu dan tempe. Mereka pun harus bersiasat supaya dapat bertahan dan terus berproduksi.

"Mungkin, banyak orang akan bilang, tinggal menaikkan harga sesuai dengan melonjaknya harga kedelai, tetapi bagi kami tidak sesederhana itu. Sebab, kalau dinaikkan, pembeli yang tidak mau," ungkap Tato, 30, perajin tempe di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) saat ditemui Media Indonesia pada Jumat (8/1).

Akhirnya, siasat yang dilakukan ialah mengurangi takaran kedelai sehingga ukuran tempe mengecil, tetapi harga tetap. "Ini ialah bentuk pensiasatan agar usaha tetap berjalan. Sebab, ketika harga dinaikkan, banyak yang tidak mau membeli? kata Tato.

Perajin lainnya, Slamet, 59, mengutarakan dengan kenaikan harga kedelai saat ini tidak hanya harus disiasati supaya produksi tempe terus berjalan, melainkan juga bagaimana tetap mendapatkan laba.

Dia mengakui saat ini mengalami penurunan laba sekitar 20% hingga 40%. "Sebagai contoh gampang, jika sebelumnya kami mendapat untung Rp50 ribu, misalnya, kini paling hanya Rp30 ribu. Namun, kami tidak punya pilihan lain kecuali bertahan," tutur Slamet.

Kendati mengalami penurunan laba, kata Slamet, para perajin di Pliken tetap mempertahankan harga lama.

Namun, tidak semua perajin tempe dan tahu mampu untuk mempertahankan harga lama. Banyak di antaranya lebih memilih mengurangi ukuran sekaligus menaikkan harga.

Ini, misalnya dilakukan oleh, seorang perajin tahu di Kaliputih, Kecamatan Purwokerto Timur, Teguh Setiyanto. Dia mengatakan dengan kenaikan harga kedelai, maka mau tidak mau dirinya harus menyesuaikan harga tahu.

"Tidak mungkin, harga tahu bertahan. Sebab, saat sekarang harga kedelai sudah melonjak hingga Rp9 ribu per kg. Karena itulah, saat sekarang saya menaikkan harga antara Rp50 hingga Rp200 per biji. Ini kami lakukan agar bisa tetap jalan," ujarnya.

Teguh mengatakan untuk harga tahu yang berukuran kecil, dari sebelumnya Rp200 kini menjadi Rp250 per biji. Kemudian untuk tahu ukuran sedang dari Rp500 menjadi Rp600 per biji. Sedangkan untuk harga yang besar saat sekarang Rp1.000 per biji dari sebelumnya Rp800.

"Kalau hanya mengurangi ukuran tempe atau tahu, itu hanya bisa menutup biaya produksi 10-15%, sementara kenaikan kedelai 30%," kata Sukari, perajin tempe asal Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, Kamis (7/1).

Menurut Sukari, naiknya harga bahan baku kedelai hingga Rp9.200 per kilogram sangat menguras modal para perajin tempe dan tahu. Maka selain mengurangi ukuran, Sukari bersama para perajin lain juga menaikkan harga.

Sukari yang biasa menjual tempe per potong Rp8 ribu menaikkannya menjadi Rp10 ribu. Atau untuk ukuran kecil biasa Rp2 ribu per potong dinaikkan menjadi Rp2.500.

Dorong produk lokal

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi berpendapat kenaikan harga kedelai memang sulit dihindari karena dampak kondisi global yang membuat biaya impor naik. Karena itu, dia mendorong pemerintah untuk memaksimalkan produk kedelai lokal.

"Ini juga dampak tidak gesitnya pemerintah dalam memasok kedelai lokal untuk kebutuhan masyarakat. Kenapa tak serius kembangkan kedelai lokal untuk keperluan dalam negeri?" kata Tulus.

Dia juga mengatakan mendapat keluhan dari ibu-ibu soal harga tempe dan tahu yang naik. Tulus mengatakan konsumsi dua makanan tersebut banyak digemari oleh masyarakat.

Kementerian Pertanian pun merencanakan dalam 100 hari ke depan harga kedelai mampu stabil sehingga tidak memberatkan perajin tahu dan tempe. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gapoktindo) Aip Syarifuddin mengapresiasi upaya cepat pemerintah dalam menstabilkan harga di kalangan perajin.

Dia mengatakan, saat ini produksi telah kembali berjalan lancar dan perajin tahu-tempe sudah bisa berproduksi dengan harga bahan baku kedelai yang sudah disepakati.

"Kami sudah terpuruk berbulan-bulan karena harga kedelai naik. Kini harga dari Akindo sudah Rp8.500 per kilogram dan kami tidak menaikkan sepeser pun di perajin. Saya harap ada stabilisasi harga kedelai lokal," kata Aip. (Ins/HS/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya