Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Orang Lain Menjauh Ika Dewi Malah Mendekat

(Suryani Wandari Putri/H-2)
19/12/2020 05:45
Orang Lain Menjauh Ika Dewi Malah Mendekat
MERANGKAP SOPIR AMBULANS: Ika Dewi Maharani tercatat sebagai satu -satunya sukare lawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas(INSTAGRAM IKA.DEWIMAHARANI07)

IKA Dewi Maharani, 27, baru saja lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur, ketika gelombang wabah menular covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.

Perawat itu tidak bisa tinggal diam ketika satu demi satu kasus covid-19 muncul. Dia pun memilih mengikuti panggilan hatinya untuk menjadi sukarelawan medis perempuan.

Pada April 2020, Ika Dewi Maharani, tercatat sebagai satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19, yang merangkap sebagai supir ambulans.

Dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) level 3 khusus tenaga kesehatan, Ika harus bolak-balik menjemput pasien covid-19.

"Setiap mobil ambulans ada 2 perawat, salah satunya ya harus bisa mengemudikan ambulans. Ya, saya lakukan. Yang penting niat aku mau melayani," kisah Ika, saat menceritakan pengalamannya, pada Selasa (15/12).

Tergabung dalam sebuah asosiasi profesi Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (Hipgabi), ibu beranak satu ini berasal dari Halmahera, Maluku Utara.

Selama bertugas, ia tinggal di mes yang disediakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedangkan anaknya menetap di Ternate.

Sehari-harinya, Ika bertugas di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, yang menjadi salah satu RS rujukan covid-19.

Di awal tugasnya, Ika sempat merasa malu. Namun, di lubuk hatinya Ika meyakini prinsip 'Tanam tuai' bahwa jika sejak sekarang melakukan hal yang baik, ia akan memperoleh kebaikan pula.

"Awalnya malu karena perempuan jarang bahkan kalau untuk menyetir ambulans. Aku enggak pernah cerita ke teman, tapi akhirnya mereka tahu justru mereka bangga," imbuhnya.

Sebagai anak rantau, Ika belum mengerti betul peta jalanan di Ibu Kota, jadi ia hanya mengandalkan aplikasi Google Maps. Sebab, tidak mungkin ia bertanya kepada orang di tengah jalan.

"Mereka bisa lari melihat APD dan ambulans kita," selorohnya.

Tugasnya sebagai relawan bukan hanya mengendarai ambulans, tapi juga membujuk hingga memastikan pasien mendapat kamar isolasi di RS.

Dedikasi Ika dalam merawat dan menyopiri pasien covid-19, membuat takjub setiap orang yang mendengar kisahnya. Selanjutnya, dia pun meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020, Oktober lalu.

Selain menjadi relawan, saat ini Ika tengah melanjutkan kuliahnya lagi sebagai Mahasiswa Program Studi Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hang Tuah Surabaya. Sambil menyopir, Ika menyempatkan diri mendengarkan kuliah daring.

"Jadi, telinga untuk men dengarkan dosen, mata untuk melihat jalan, tangan dan kaki untuk kendalikan stir dan kopling gas," pungkasnya.

Bekerja sambil mengikuti perkuliahan jarak jauh dilakoninya dengan penuh semangat. Semua dilakukan ikhlas untuk menolong sesama. (Suryani Wandari Putri/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya