Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dahsyatnya Kesetiakawanan Sosial

Faustinus Nua
19/12/2020 05:40
Dahsyatnya Kesetiakawanan Sosial
HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL(ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/hp.)

PADA 20 Desember 1948, seluruh rakyat Indonesia dari berbagai kelas dan status sosial bersatu dalam mempertahankan kedaulatan negara. Tepatnya, sehari setelah tentara kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibu kota negara Yogyakarta.

Becermin pada peristiwa itu, tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Sosial, yang kemudian berubah menjadi Hari Kebaktian Sosial, dan berganti lagi menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di masa Menteri Sosial Nani Soedarsono, pada 1983.

Di masa-masa sulit ketika Republik ini berdiri dengan kas negara yang masih kosong, kesetiakawanan sosial begitu terasa. Banyak tokoh dan masyarakat di sejumlah daerah menyumbangkan harta mereka demi membangun negara.

Dalam perjalanannya, nilai-nilai kesetiakawanan sosial seperti tersapu debu. Kerasnya kehidupan membuat banyak orang menjadi individualistis. Hanya segelintir orang yang masih bertahan untuk tetap berbagi dan memberi, harta hingga nyawa.

Ketika pandemi covid-19 datang, nilai-nilai kesetiakawanan sosial itu bangkit kembali dan bahkan menjadi gelombang kekuatan baru yang menopang negara ini.

Meski didera takut karena ganasnya covid-19, anak-anak bangsa terpanggil untuk menolong sesama dalam kondisi sulit ini.

Ada yang terjun menjadi relawan, menggalang dana, menyumbangkan vitamin dan madu untuk para tenaga medis, hingga merelakan tempat usahanya untuk menjadi lokasi isolasi mandiri pasien covid-19.

Di saat terjadi kelangkaan masker dan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan, para pemilik butik, penjahit, guru SMK, hingga desainer top sekelas Anne Avantie, ramai-ramai membuatkan APD dengan sumber daya yang mereka punya.

Ketika banyak masyarakat berteriak mahal dan sulitnya mencari hand sanitizer dan desinfektan, para ilmuwan, mahasiswa, dosen hingga pelajar SMK membagikan ilmunya agar masyarakat bisa meracik sendiri.

Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Edi Suharto mengamini bahwa hanya dengan kesetiakawanan sosial lah, bangsa ini bisa bangkit bersama-sama melawan pandemi covid-19.

"Dengan semangat kesetiakawanan sosial, kita kembali diingatkan bahwa dalam menghadapi gelombang covid-19 tidak bisa dilakukan sendirian. Perlu gotong royong, saling bahu-membahu sehingga seluruh elemen masyarakat bisa saling membantu," ujar Edi Suharto di Jakarta, Rabu (16/12).

Bukan hanya pandemi covid-19, melainkan juga bencana alam, konflik terbuka, dan sebagainya. Sebab, jika dibiarkan, kata Edi, hal itu berpotensi menjadi krisis dan merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Insentif

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengakui, pentingnya peran relawan dalam menopang keterbatasan kemampuan aparatur negara dalam mengatasi krisis. Salah satunya, peran 15.000 relawan mahasiswa dalam menanggulangi pandemi covid-19.

"Pemerintah seharusnya mampu memetakan potensi tersebut dan menggandeng para relawan karena perannya yang sangat penting," ucapnya kepada Media Indonesia, Senin (14/12).

Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Farichan Hanum mengungkapkan belum adanya pedoman besar dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) di tengah situasi bencana adalah kendala yang dihadapi.

Dengan adanya pandemi covid-19 ini, sebut Farichah, Kemenkes akan melakukan evaluasi antara lain soal mobilisasi relawan, pemenuhan hak dan kewajiban relawan, serta pelatihan terhadap relawan.

Dalam urusan memenuhi hak relawan, salah satu langkah konkret yang dilakukan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ialah pemberian insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani covid-19 di Indonesia.

"Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah tenaga kesehatan, baik aparatur sipil negara (ASN), non-ASN, maupun relawan yang menangani covid-19 dan ditetapkan impinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan," kata Terawan.

 

Jadi gaya hidup

Salah satu organisasi yang menjadi perantara bagi relawan dan organisasi sosial di Indonesia ialah Indorelawan. Semua kegiatan yang ditawarkan Indorelawan merupakan kegiatan partnernya.

Saat ini, mereka memiliki 150.000 relawan dan 2.600 organisasi/komunitas sosial per Juli 2020 yang tersebar di seluruh Indonesia.

Executive Director Indorelawan Marsya Nurmaranti mengatakan tujuan besar Indorelawan ialah ingin membentuk aktivitas kerelawanan sebagai gaya hidup.

"Seperti yang Bung Karno pernah katakan, jika Pancasila dijadikan intisari, intinya ialah gotong royong. Indorelawan percaya bahwa salah satu kunci untuk mengatasi permasalahan sosial di Indonesia yakni dengan gotong royong, dengan menjadi relawan," tuturnya kepada Media Indonesia. (Ant/Ata/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya