Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Berbagi dengan Sapi

(Palce Amalo/N-2)
12/12/2020 05:40
Berbagi dengan Sapi
TANAM JAGUNG PANEN SAPI: Ternak sapi milik warga merumput di area persawahan di Desa Nunkurus, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (21/8).(MI/PALCE AMALO)

HAMPARAN lahan itu luasnya mencapai 20.000 hektare. Sudah bertahun- tahun, lahan seluas itu hanya menjadi tempat merumput ternak, yang dibiarkan bebas tanpa ikatan.

Lahan itu berada di Desa Umbul Pabal, Kecamatan Umbu Rato Nggai Barat, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Tahun ini, ada perubahan di atas hamparan itu.

Sapi-sapi tidak lagi sendiri. Mereka harus merelakan sebagian lahan digunakan untuk pertanian.

Ada lokasi budi daya jagung seluas 2.000 hektare dan lahan persawahan seluas 5.000 hektare. Pengolahan lahan dilakukan secara bertahap mulai Desember.

Sapi juga harus berbagi lagi karena akan dilakukan penanaman kelapa genja sebanyak 60 ribu pohon, jeruk 60 ribu pohon, dan peternakan sapi sebanyak 1.000 ekor.

Pengelolaan lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan secara terintegrasi itu merupakan bagian dari program membangun lumbung pangan alias food estate. Tidak hanya menambah kapasitas produksi pangan, tapi juga untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Lokasi lumbung pangan ini diresmikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 22 September lalu. “Food estate ini jembatan untuk membangun kemandirian pangan karena NTT sudah lama tidak mandiri,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Lecky Frederich Koli.

Lumbung pangan yang dibangun sejalan dengan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang digulirkan Pemerintah Provinsi NTT sejak setahun lalu. Kedua program itu akan menjadi penarik di daerah hilir yang juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dimulai dengan jagung


Lecky mencontohkan, seorang petani bisa memperoleh hasil panen sampai 5 ton dari lahan jagung seluas 1 hektare. Pemerintah mewajibkan hanya 2 ton yang disisihkan untuk pangan. Sisanya, 3 ton, dijual seharga Rp3.200 per kilogram ke pemerintah.

Si petani pun memperoleh pendapatan Rp9,6 juta. Dari hasil itu, ia bisa membeli 5 babi dan 10 ayam dengan harga Rp5 juta. Sisanya Rp4,6 juta bisa ditabung di bank.

“Jika dilakukan sebanyak tiga kali, seorang petani akan memperoleh pendapatan yang cukup untuk membeli sapi,” tambahnya.

Itu baru dari lahan jagung 1 hektare. Tahun ini, NTT bertekad menanam jagung pada lahan seluas 50.000 hektare, belum termasuk tanaman padi dan komoditas lainnya.

Terkait program lumbung pangan, tambahnya, juga bakal dibangun di Pulau Timor dan Flores. Tahun depan, NTT akan memiliki tiga lokasi lumbung pangan.

Untuk mendukung lumbung pangan dan TJPS, pemerintah provinsi sudah membeli 500 traktor roda empat dan roda dua. Sampai Desember sudah tersedia 200 unit. Setelah itu pemprov akan melanjutkannya dengan program pengadaan air. “Kalau sudah ada air, petani akan menanam di manamana.'

Dengan begitu, pada 2025 sampai 2026, NTT sudah sejajar dengan daerah lain,” tandas Lecky. (Palce Amalo/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya