Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Di Laut, juga Mencetak Dolar

(Palce Amalo/N-3)
12/12/2020 05:25
Di Laut, juga Mencetak Dolar
WISATA TELUK MULUT SERIBU: Perahu wisata melintas di perairan Mulut Seribu, Papela, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/10).(MI/SUMARYANTO BRONTO)

INDAH tapi belum diminati. Itulah kondisi Mulut Seribu di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Kawasan pantai ini sebenarnya menyimpan potensi wisata alam yang unik dan memesona. Ia perpaduan gugusan 22 pulau kecil yang dipisahkan dengan selat sempit, taman laut, dan budi daya rumput laut milik penduduk.

Di pulau paling selatan Indonesia ini, pemerintah provinsi mulai membangun sarana dan prasarana untuk mendukung wisata bahari Mulut Seribu. Tujuannya jelas, mengangkat objek ini sebagai destinasi wisata baru, setelah sebelumnya sepi dan terasing. Saat ini sudah terbangun empat cottage dan restoran.

Cukup? ternyata tidak. Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat juga mengincar dolar dari area ini. Ia telah menyiapkan budi daya ikan kerapu.

"Budi daya kerapu besar-besaran akan dimulai pada 2021. Anggaran sudah disiapkan sebesar Rp50 miliar untuk membangun 40 keramba," ujar politikus Partai NasDem itu.

Viktor tidak ingin bermain di dalam negeri. "Ikan kerapu budi daya akan diarahkan untuk kelas ekspor. Tahun depan sudah bisa langsung panen," tekadnya.

Kerapu merupakan komoditas unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Budi daya ikan jenis ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. menciptakan lapangan kerja, juga mendatangkan devisa yang lumayan besar.

Potensi sebesar itu belum lengkap tanpa kesiapan sumber daya manusia yang baik. Untuk itu, warga juga dibekali pengetahuan dan keterampilan, mulai pengolahan ikan untuk persiapan wisata kuliner, pemandu wisata, hingga perahu wisata.

"Pariwisata memang diarahkan menjadi penggerak utama ekonomi NTT yang didukung sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kelautan," kata Laiskodat.

Sang Gubernur juga sudah merangkul tim mumpuni dari Universitas Nusa Cendana. Tugas mereka ialah menyiapkan pangan unggulan untuk kerapu.

Ketua Tim Konsultan Studi Kelayakan Pembangunan Industri Pakan Ternak Universitas Nusa Cendana, Marten Mulik, mengaku sudah siap. "Kami menyiapkan pakan berkualitas tinggi untuk kerapu, dengan bahan jagung, kelor, rumput laut, dan tepung ikan."

Bahan baku utamanya ialah jagung, dengan bagian mencapai 50%. Ketersediaannya sudah bisa didapat dari petani lokal sehingga dipastikan aman untuk memenuhi kebutuhan produksi pakan yang mencapai 180 ribu ton per tahun.

Jika berjalan lancar, pada Juni 2021, kawasan Mulut Seribu akan ramai dibicarakan orang. Dia akan menjadi lokasi pertama panen kerapu skala besar di NTT. (Palce Amalo/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya