Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Indonesia Komitmen Perkuat Teknologi Penangkap Karbon

Naufal Zuhdi
27/8/2025 08:56
Indonesia Komitmen Perkuat Teknologi Penangkap Karbon
dalam forum Asia Pacific CCUS Conference & Exhibition 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.(PHE)

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor eksplorasi dan produksi migas hulu, menegaskan komitmennya mendukung target pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060. Upaya ini diwujudkan melalui program dekarbonisasi dan pengembangan bisnis ramah lingkungan dengan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

“CCS dan CCUS adalah solusi potensial untuk menekan emisi karbon,” ujar Direktur Investasi dan Pengembangan Bisnis PHE, Dannif Utojo Danusaputro, dalam forum Asia Pacific CCUS Conference & Exhibition 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, 26-27 Agustus 2025.

Menurut Dannif, pengalaman panjang PHE di sektor migas membuat perusahaan relevan untuk mengembangkan bisnis CCS/CCUS di Indonesia. Pertamina Group melalui PHE menargetkan pengembangan klaster CCS/CCUS dengan kapasitas end-to-end process (E2E) mencapai 60 metrik ton per tahun (MTPA).

PHE mencatat potensi penyimpanan karbon di saline aquifer dan lapangan migas yang sudah habis produksi mencapai 7,3 gigaton (GT), tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Untuk memaksimalkan potensi ini, PHE berencana membangun dua CCS Hub dan sejumlah CCS satelit guna melayani industri penghasil emisi domestik maupun internasional.

Salah satu CCS Hub saat ini dikembangkan di Asri Basin (Indonesia bagian barat) dengan kapasitas penyimpanan 1,1 GT. Untuk kawasan timur, PHE menyiapkan CCS Hub di Central Sulawesi Basin dengan kapasitas 1,9 GT. Tiga CCS satelit juga akan dibangun di South Sumatera Basin, CO2 EOR Sukowati, dan East Kalimantan. Selain itu, studi pengembangan CCS tengah dilakukan di empat lokasi lain, yaitu Central Sumatera Basin, South Sumatera Basin (saline aquifer), East Java Basin, serta Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB).

Dukungan Pemerintah yang Dibutuhkan

Dannif menekankan, keberhasilan industri CCS di Indonesia dan Asia Pasifik sangat bergantung pada dukungan pemerintah. Menurutnya ada lima hal yang dianggap penting yaitu:

  • Pendanaan proyek melalui lembaga khusus, seperti CCS Infrastructure Fund (CIF) di Inggris.
  • Mekanisme harga karbon yang lebih luas, tidak terbatas pada sektor PLTU, mencontoh Emission Trading System (ETS) di Inggris.
  • Dana riset dan pengembangan CCS, seperti yang dilakukan Departemen Energi AS dengan alokasi US$3 miliar.
  • Standar teknis dan keselamatan CCS yang jelas, meniru regulasi komprehensif di Inggris.
  • Tata kelola lintas batas untuk perdagangan karbon, seperti yang sudah diterapkan di Norwegia.

Komitmen ESG

Selain fokus pada CCS/CCUS, PHE memastikan seluruh operasi dijalankan sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan juga menerapkan prinsip Zero Tolerance on Bribery melalui implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) ISO 37001:2016 untuk mencegah praktik korupsi maupun kecurangan. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya