Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Tenun NTT untuk memberdayakan para penenun tradisional di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Inisiatif tersebut menyasar peningkatan kualitas produksi, perluasan pasar, serta mendorong produk tenun khas NTT agar mampu bersaing di tingkat internasional.
Program tersebut menjangkau 31 desa di lima kabupaten, yakni Alor, Belu, Ende, Sikka, dan Sumba Timur, dengan melibatkan 522 penenun, di mana 98,5% adalah perempuan. Pelaksanaan pendampingan dilakukan bersama Yayasan Insan Bumi Mandiri dan Tenun.in, serta melibatkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Kemenkeu Satu, DJBC, PT SMI (Persero), dan Pemerintah Daerah NTT.
"Ini tidak hanya mendorong ekspor, tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan, terutama dalam pemberdayaan perempuan, pelestarian budaya lokal, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tenun NTT kini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga komoditas ekspor yang berdaya saing tinggi," ujar Plt Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis Indonesia Eximbank, Maqin U Norhadi, Labuan Bajo, NTT, Kamis (10/7).
LPEI memberikan pelatihan kepada para penenun, termasuk pelatihan pewarnaan alami yang sesuai dengan permintaan pasar luar negeri, serta bantuan 17 alat tenun. Produk tenun kemudian dipromosikan melalui berbagai kanal global, termasuk pameran Global Sourcing Expo Melbourne, Dubai Expo, hingga menjadi official merchandise MotoGP Mandalika dan ADFIAP CEO Meeting. Selain itu, gerai offline di Labuan Bajo didirikan sebagai etalase promosi produk tenun unggulan.
CEO Tenun.in, Hayatul Fikri Aziz mengungkapkan, program ini memberikan dampak ekonomi yang nyata. "Rata-rata pendapatan penenun mengalami peningkatan sebesar 30%, dari sebelumnya Rp750 ribu sampai Rp1 juta per bulan menjadi Rp975 ribu sampai Rp1,3 juta per bulan setelah program berjalan," jelasnya.
Salah satu figur penting dalam pelestarian tenun tradisional NTT adalah Mama Sariat Tole, penenun asal Kampung Hula, Pulau Alor. Sejak usia lima tahun, ia telah belajar menenun dari ibunya, menggunakan benang kapas hasil tanam sendiri dan pewarna alami dari bahan lokal seperti tinta cumi, daun kelor, kunyit, dan akar mengkudu. Karya Mama Sariat telah dipamerkan di 13 negara dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun.
Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya, Indonesia Eximbank menjadikan Mama Sariat sebagai mentor dalam program Desa Devisa Klaster Tenun NTT, untuk mendampingi para penenun dalam teknik pewarnaan organik dan penggunaan bahan alami yang sesuai dengan standar ekspor global, terutama untuk pasar Jepang yang mengedepankan kualitas dan ketahanan warna.
LPEI mendukung ekspor nasional melalui pembiayaan, penjaminan, asuransi, hingga konsultasi. Hingga Maret 2025, terdapat 1.909 Desa Devisa, tersebar di 18 provinsi dengan nilai ekspor mencapai Rp123,9 miliar dan melibatkan lebih dari 180.000 penerima manfaat. Komoditas yang dikembangkan termasuk kopi, rempah, kain tenun, batik, hasil laut, dan produk turunan kelapa.
Selain itu, LPEI juga mengembangkan Coaching Program for New Exporters (CPNE) yang telah menghasilkan 5.938 alumni dari 19 provinsi. Program tersebut meliputi pelatihan manajemen ekspor, legalitas, sertifikasi, branding, dan pemasaran digital. Hingga kini, CPNE telah mencetak 1.197 eksportir baru, dengan total nilai ekspor mencapai Rp 83,3 miliar ke lebih dari 80 negara tujuan.
"Untuk memperkuat penetrasi pasar, Indonesia Eximbank juga aktif membantu para pelaku usaha tersebut untuk perluasan akses ekspor ke lebih dari 80 negara tujuan baru, memperkuat posisi pelaku usaha nasional di pasar global," pungkas Maqin. (E-3)
PT Global Inovasi Maju (GIM), bagian dari Farmaklik Group, melepas ekspor kopi robusta Rejang Lebong ke pasar internasional.
KOMITMEN mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memberikan dukungan nyata bagi para pelaku UMKM ditampilkan BRI dalam kegiatan pelatihan ekspor tahun 2025.
Menteri Perdagangan Budi Santoso melepas ekspor produk rempah dan madu produksi pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) asal Bali, CV Naralia Group, ke pasar Hong Kong.
Sebanyak 54 ton kopi asal Kabupaten Subang, Jawa Barat, resmi diekspor ke Tiongkok melalui skema Sistem Resi Gudang (SRG),
Komoditas pangan olahan sagu milik Sasagu siap menembus pasar internasional. Beberapa produk seperti kue dan kukis telah dilirik pembeli potensial dari Australia, Jerman dan Jepang.
Kanwil Bea Cukai Jateng DIY beri fasilitas kawasan berikat ke PT Long Well untuk dorong ekspor, investasi Rp690 M, dan serapan 16.700 tenaga kerja.
Ia juga menjadi bagian dari petani penderes yang memproduksi gula kelapa yang telah berlangsung puluhan tahun lamanya.
Desa Nglanggeran di Yogyakarta merupakan salah satu desa devisa yang berkontribusi besar bagi negara. Daerah tersebut memiliki komoditas unggulan untuk diekspor yaitu kakao.
Pemerintah mengalokasikan dana desa sebesar Rp813,47 juta di 2024 untuk Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Desa tersebut salah satu desa devisa karena punya keunggulan produk
LEMBAGA Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama pemerintah Provinsi Jawa Timur berkolaborasi mendorong potensi produk dari Desa Devisa di Jawa Timur agar menembus pasar ekspor.
JAWA Timur memiliki 102 Desa Devisa dan menjadi yang terbanyak di Indonesia, menurut keterangan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved