Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (ASPIRASI), Mirah Sumirat tidak yakin bahwa pemberian program Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang diberikan pemerintah bisa mengerek pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini.
"Kalau ditanyakan apakah (program BSU) bisa mengerek atau menaikan pertumbuhan ekonomi, saya tidak yakin kalau itu bisa terkerek pertumbuhan ekonomi," ujar Mirah saat dihubungi, Selasa (24/6).
Ketidakyakinan dirinya bahwa pemberian program BSU tidak bisa mengerek pertumbuhan ekonomi dikarenakan jangka waktu pemberian program yang singkat dengan dana yang minim.
"Kecuali mungkin dia diberikan nominal besar seperti yang tahun 2022, sebesar Rp600 ribu dan priorisasinya mungkin sampai akhir Desember 2025, saya yakin akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih terangkat atau terkerek," bebernya.
Ia meyakini, jika harga sembilan bahan pokok (sembako) tinggi, kemudian tidak adanya subsidi listrik, tidak adanya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), dan biaya pendidikan yang masih tinggi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan bisa terkerek.
"Jadi memang harus diturunkan dulu harga-harga pangan, harga bahan pokok, lalu diberikan subsidi listrik, subsidi BBM, kemudian biaya pendidikannya juga diberikan diskon, saya yakin itu akan cukup membantu para pekerja buruh untuk melanjutkan atau membiayai kehidupan ekonominya," pungkasnya. (Fal/P-1)
Program Bantuan Subsidi Upah 2025 telah mulai disalurkan pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan kepada sekitar 17,3 juta pekerja di Indonesia.
Bantuan Subsidi Upah (BSU) akan disalurkan pemerintah. Stimulus tersebut ditujukan kepada para pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta atau upah minimum nasional, serta guru honorer.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved