Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Siap-Siap, Perang Iran-Israel Ganggu Rantai Pasok Industri RI

Insi Nantika Jelita
18/6/2025 01:54
Siap-Siap, Perang Iran-Israel Ganggu Rantai Pasok Industri RI
Truk kontainer mengantre di terminal peti kemas Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat.(ANTARA/Iggoy el Fitra)

MENTERI Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan eskalasi konflik militer antara Iran dan Israel memicu gangguan signifikan di pasar global, termasuk sektor industri manufaktur Indonesia. Ketegangan tersebut memperbesar risiko gangguan rantai pasok global, lonjakan biaya logistik, gejolak nilai tukar, dan pelemahan permintaan ekspor.

Menurut Agus, jalur perdagangan maritim yang vital seperti Selat Hormuz, yang menangani sekitar 30% pengiriman minyak dunia, dan Terusan Suez yang menjadi rute bagi sekitar 10% perdagangan global, berisiko terganggu akibat konflik.

Serangan terhadap kapal-kapal komersial baru-baru ini telah memaksa pengalihan rute pelayaran melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Dampaknya, waktu pengiriman barang dari Asia ke Eropa bertambah 10-15 hari, dan biaya kontainer meningkat hingga 150%-200%.

"Gangguan tersebut berdampak pada sejumlah sektor industri di Indonesia," ungkap Agus dalam keterangan resmi, Selasa (17/6).

Dia mencontohkan dampak tersebut menyasar sektor otomotif dan elektronik yang bergantung pada komponen impor untuk sekitar 65% produksinya. Akibat kelangkaan semikonduktor dan waktu tunggu hingga 26 minggu, potensi kerugian ekspor dari sektor ini diperkirakan mencapai US$500 juta. 

Sementara itu, industri tekstil dan alas kaki menghadapi penyusutan margin laba sebesar 5%-7% akibat kenaikan biaya logistik. Hal itu berpotensi menggerus daya saing dibandingkan negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Bangladesh.

Adapun sektor nikel dan baja, yang berperan penting dalam mendukung transisi energi global, menghadapi tantangan besar akibat kenaikan biaya transportasi batu bara sebesar 15%-20% dan penundaan pengiriman hingga tiga sampai empat minggu. Potensi kerugian ekspor sektor ini mencapai US$1,2 miliar.

Konflik juga mempercepat perubahan pola perdagangan global, termasuk tren friend-shoring saat negara-negara barat mengalihkan rantai pasoknya dari kawasan rawan konflik ke negara-negara mitra yang lebih stabil. Hal ini menambah tekanan bagi industri Indonesia untuk menjaga daya saing.

Tidak hanya itu, Menperin juga mengingatkan industri manufaktur akan dampak perang Iran-Israel. Perang dua negara itu bakal berdampak pada gejolak nilai tukar mata uang yang berakibat pada inflasi harga input produksi dan penurunan daya saing ekspor produk industri.

"Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara sangat rentan terhadap fluktuasi harga energi dan pangan global," kata Politikus Partai Golkar itu.

Sebagai langkah antisipatif, Menperin mengajak pelaku industri untuk memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel pada industri, dengan mengurangi ketergantungan pada energi impor dan mulai mengoptimalkan sumber energi domestik.

"Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif, tambah Agus.

Selain itu, mitigasi juga dibutuhkan mengantisipasi gangguan pada rantai pasok global, terutama pada rantai pasok bahan baku industri. Hal ini karena jalur logistik bahan baku dan produk ekspor industri melewati Timur Tengah yang sedang dilanda konflik saat ini. (Ins/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya