Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) menegaskan pentingnya langkah kolektif dalam merespons kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia. Komunikasi yang baik diperlukan agar upaya dan respons yang ditempuh dapat dilaksanakan dengan baik.
"Risiko penerapan tarif tinggi oleh Amerika Serikat adalah tantangan yang harus dihadapi secara terkoordinasi antara pemerintah dan dunia usaha. Kami telah berkomunikasi erat dengan pemerintah, khususnya kementerian terkait, untuk menyusun strategi terbaik dalam menghadapi kebijakan ini," ujar Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani, Kamis (3/4).
Apindo merekomendasikan beberapa langkah untuk mengurangi dampak kebijakan AS tersebut. Pertama, Indonesia perlu memperkuat kesepakatan bilateral dengan AS agar tetap mendapatkan akses pasar yang kompetitif.
"Kami mendorong penciptaan rantai pasok dengan industri AS sehingga ekspor Indonesia justru dapat memperkuat daya saing industri mereka, bukan dianggap sebagai ancaman," jelas Shinta.
Kedua, Apindo menilai Indonesia juga perlu memperhatikan tarif impor terhadap produk AS, termasuk kebijakan non-tarif, sebagai langkah timbal balik terhadap kebijakan AS.
Ketiga, diversifikasi pasar ekspor harus diperkuat agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada AS. Apindo menyarankan agar pemerintah lebih memanfaatkan perjanjian perdagangan seperti Free Trade Agreement (FTA) dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang sudah ada, serta mempercepat negosiasi seperti perundingan Indonesia-European Union CEPA (IEU-CEPA).
"Diversifikasi menjadi bagian penting dari strategi jangka menengah. Pasar di ASEAN, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika memiliki potensi besar sebagai alternatif pengganti AS," tambahnya.
Keempat, Apindo mendorong pemerintah untuk merevitalisasi industri padat karya serta melakukan deregulasi agar produk Indonesia lebih kompetitif di pasar ekspor. "Ketahanan ekonomi nasional hanya dapat terjaga jika respons terhadap tantangan eksternal dibangun secara kolektif dan terukur," tutur Shinta.
Menurut Apindo, kebijakan tarif tinggi AS dapat berdampak langsung pada industri yang bergantung pada pasar AS, seperti tekstil, alas kaki, furnitur, elektronik, batu bara, olahan nikel, dan agribisnis. Untuk itu, Apindo siap memberikan dukungan kepada pelaku usaha melalui forum diskusi, advokasi, dan pendampingan strategi bisnis.
"Dunia usaha berharap agar pemerintah dan pemangku kepentingan terus menjaga stabilitas iklim usaha di tengah dinamika global melalui dialog dan kolaborasi erat," pungkas Shinta. (Mir/I-1)
penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sikap terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengecualikan peralatan elektronik dari pengenaan tarif resiprokal.
Ketum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menanggapi positif perkembangan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang dianggap meringankan beban ekspor nasional
SETELAH Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada 2 April di acara Liberation Day AS, babak baru perang dagang dunia versi 2.0 dimulai kembali.
Indonesia belum memiliki daya tahan ekonomi yang memadai untuk menghadapi efek kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump
Said Iqbal mengusulkan pembentukan Satgas PHK kepada Presiden Prabowo Subianto untuk mengantisipasi adanya PHK sebagai dampak dari kebijakan tarif resiprokal AS
Kebijakan resiprokal tarif yang diberikan AS telah memberikan dampak nyata terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia.
Aprisindo khawatir pengenaan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang tinggi akan memukul industri alas kaki di Tanah Air.
KEBIJAKAN tarif resiprokal yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia, mendorong gejolak perekonomian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved