Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ada Jeffrey Sachs, Danantara Dinilai Mampu Redam Keriuhan Pasar

M Ilham Ramadhan Avisena
25/3/2025 02:55
Ada Jeffrey Sachs, Danantara Dinilai Mampu Redam Keriuhan Pasar
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono (tengah) bersama Wakil Ketua Dewan Pengawas Muliaman Hadad (kedua kanan) , Chief Operating Officer (COO) Donny Oskaria (kanan), Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Roeslani (kedua kiri) dan Chief Investmen(MI/Susanto)

EKONOM dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menilai deretan sosok pengurus Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dapat meredam keriuhan pasar. Menurutnya, banyak sosok yang mumpuni dan memiliki kemampuan yang cukup baik di bidangnya masing-masing.

Hal itu dapat menjadi landasan yang cukup baik agar BPI Danantara bisa beroperasi seperti yang diharapkan oleh pemerintah. "Dengan figur-figur yang sudah dimunculkan ini, saya rasa sedikit banyak sudah menjadi landasan yang baik buat Danantara," ujarnya saat dihubungi, Senin (24/3).

Hal itu menurutnya tecermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali menghijau di sesi kedua perdagangan hari ini setelah sempat merosot ke zona merah pada sesi satu. Dengan kata lain, kegelisahan dan kekhawatiran pasar mengenai Danantara dapat diredam, meski pergerakan IHSG tidak hanya dipengaruhi oleh isu lembaga anyar tersebut.

Sosok yang menurutnya menarik dan menggugah selera pasar terhadap Danantara ialah Jefffey D Sachs. Begawan ekonomi dari Amerika Serikat yang dikenal amat kritis, bahkan kepada pemerintahannya sendiri, itu masuk jajaran Dewan Penasihat Danantara. "Jeffrey Sachs itu adalah figur yang sangat kritis. Dia bahkan di Amerika Serikat itu sangat kritis terhadap pemerintahan Amerika Serikat," kata Faisal.

"Dia juga pernah menulis buku The End of Poverty tahun 2004-2005,  hasil dari penelitiannya di negara-negara Afrika. Dia juga menjadi salah satu penggagas Millennium Development Goals, sebelum kemudian menjadi Sustainable Development Goals," tambahnya.

Munculnya Jeffrey Sachs itu, sambung Faisal, juga menunjukkan keseriusan pemerintah terhadap Danantara dan besarnya potensi dari badan yang baru dibentuk itu. Ia bahkan menilai rentetan nama yang diumumkan menjadi pengurus Danantara cukup menjanjikan.

"Jadi saya lihat ini orang-orang mahal. Orang-orang yang sudah tidak perlu membuktikan apa-apa lagi karena di market juga sudah lama dan juga sudah berpengalaman," tuturnya.

Dengan sosok-sosok yang dinilai mumpuni itu, Danantara diharapkan dapat memainkan peran besar bagi perekonomian di dalam negeri. Target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga semestinya dapat dicapai dengan kehadiran Danantara.

Sebab, kata Faisal, dana yang dimiliki pemerintah tidak akan mampu untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dari studi yang ia lakukan, Indonesia memerlukan investasi sekitar Rp10 ribu triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

Sementara dana yang ada di dalam negeri dan dari kantong pemerintah hanya berkisar Rp3 ribu triliun. Dus, masih ada selisih sekitar Rp7 ribu triliun yang harus bisa didapat oleh Danantara dari luar negeri.

Kebutuhan investasi Rp10 ribu triliun itu dapat diambil dari enam sektor, yakni teknologi informasi dan komunikasi (TIK), transportasi, perumahan, sumber daya air, sanitasi, dan energi.

Danantara juga dapat masuk ke pasar modal dan berperan sebagai liquidity maker. "Kalau dia sudah bisa menjadi liquidity maker, dia juga bisa menarik asing untuk bisa masuk lewat jalur portfolio investment," pungkas Faisal. (Mir/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya