Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan mencampur bahan bakar minyak dengan kandungan Research Octane Number (RON) yang berbeda secara sembarangan dapat menimbulkan dampak negatif pada kendaraan dan lingkungan.
“Seperti mencampur RON 90 (Pertalite) dan RON 92 (Pertamax) dapat menimbulkan dampak negatif pada kendaraan dan lingkungan. Secara teknis pencampuran ini jelas dapat mengubah karakteristik pembakaran bahan bakar,” ujar Yannes di Jakarta, Kamis (27/2).
RON campuran, dalam hal ini Pertamax oplosan, merupakan rata-rata tertimbang dari kedua nilai oktan, tetapi sifat kimia dan aditif dalam bahan bakar tidak selalu bersifat linier saat dicampur. Bila dilakukan secara sembarangan, ini berpotensi menyebabkan bunyi seperti ketukan pada mesin (knocking) atau detonasi yang merusak mesin terutama pada kendaraan berteknologi tinggi.
Lebih lanjut, penggunaan bahan bakar yang dioplos atau dicampur secara sembarangan ini menyebabkan ketidakstabilan pembakaran jika tidak sesuai kebutuhan mesin, meningkatkan risiko knocking pada mesin beroktan tinggi atau menurunkan efisiensi termal.
“Selain itu, perbedaan karakteristik aditif antara kedua jenis bensin dapat memengaruhi kebersihan ruang bakar dan sistem injeksi. Jika dilakukan secara tidak tepat, pencampuran dapat merusak komponen mesin dan menurunkan performa kendaraan,” jelasnya lagi.
Sementara melihat dari sisi ekonomi, praktik mencampur RON 90 dengan RON 92 secara ilegal akan merugikan konsumen karena kualitas bahan bakar tidak terjamin, berpotensi meningkatkan biaya perawatan kendaraan dari yang seharusnya. Dia pun menyarankan, pencampuran bahan bakar tidak direkomendasikan tanpa panduan teknis yang jelas. (Ant/E-3)
Kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak di PT Pertamina (Persero) periode 2018-2023 tengah diselidiki oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Kejaksaan Agung mengungkapkan bahwa praktik blending bahan bakar minyak (BBM) dari RON 90 menjadi RON 92 dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan BBM Pertamax yang dijual di SPBU tetap sesuai standar, yaitu RON 92.
Riva Siahaan, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait tata kelola minyak mentah dan produk kilang.
Kejagung mengungkap bahwa yang di-blending atau dioplos menjadi RON 92 atau Pertamax bukan hanya produk kilang jenis RON 90 atau Pertalite, tetapi juga RON 88 atau Premium.
Masyarakat berhak mendapatkan kompensasi dari kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina (persero).
Bila dilihat dari data Kementerian ESDM, konsumsi Pertalite di sektor transportasi cukup besar dan cenderung meningkat.
Truk tangki tersebut bersenggolan dengan truk lain yang akan parkir di bahu jalan. Akibatnya, badan truk berlubang dan bahan bakar tercecer di jalan
Karena itu, lanjut Valent, dia seringkali terpaksa mengisi tangki mobil Avanzanya dengan pertamax yang harganya lebih mahal dari pertalite.
PENGENDARA motor protes usai motornya mogok setelah mengisi BBM jenis Pertalite yang diduga dicampur air di sebuah SPBU di Bekasi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menindaklanjuti kejadian viral terkait dugaan BBM Pertalite bercampur air di SPBU 34.17106 di Jalan Juanda dekat Stasiun Bekasi atau tugu bulan-bulan.
Polres Metro Bekasi Kota menetapkan tiga tersangka dari lima orang yang diamankan dalam kasus BBM Pertalite bercampur air
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved