Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
EKONOM Senior sekaligus Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Chatib Basri menyebutkan bahwa saat ini ruang bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) semakin terbatas.
Chatib menjelaskan, hal tersebut lantaran karena potensi meningkatnya inflasi di AS akibat tiga kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang diperkirakan akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
Kebijakan pertama yaitu penerapan tarif terhadap impor di AS. Chatib mengatakan, sebanyak 52% bahan baku dan barang modal industri manufaktur AS berasal dari impor. Maka dari itu, apabila Trump meningkatkan tarif impor, Chatib menegaskan bahwa hal tersebut akan berimplikasi terhadap naiknya biaya produksi di AS.
“Impact yang pertama adalah higher inflation. Di dalam kondisi higher inflation ini, saya melihat bahwa kemungkinan dari The Fed untuk menurunkan bunga itu menjadi relatif kecil,” ucap Chatib di acara SMBC Indonesia Economic Outlook 2025, Jakarta, Selasa, (18/2).
Kebijakan kedua, sambung dia, adalah kebijakan pemotongan pajak (Tax Cut). Chatib menilai, kebijakan ini akan mengakibatkan defisit anggaran AS akan meningkat, sehingga harus dibiayai dengan mengeluarkan surat utang (bond).
“Akibatnya, supply bond-nya akan meningkat. Kalau supply bond-nya akan meningkat, maka harganya akan turun, maka yield-nya akan naik. Di dalam kondisi ini, semakin sulit bagi The Fed untuk menurunkan bunga,” ungkap Chatib.
Kebijakan ketiga, yakni kebijakan deportasi di AS yang sudah mulai dilakukan oleh pemerintahan Trump, terutama pada pekerja yang tidak terdokumentasi (Undocumented Workers).
“Sehingga kalau kemudian kelompok ini (Undocumented Workers) dideportasi, maka dia harus diisi oleh kelompok lain yang tingkat upahnya lebih tinggi. Maka implikasinya adalah inflasi di Amerika akan mengalami peningkatan karena pasar dari tenaga kerjanya, supply-nya berkurang,” tutur dia.
Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, Chatib menyatakan bahwa The Fed akan memiliki potensi yang kecil untuk menurunkan suku bunga acuan. Bahkan, justru bisa menaikkan suku bunganya kembali.
“Jika tingkat bunga di Amerika mengalami peningkatan, maka akan berhadapan dengan kondisi di mana strong dollar terjadi. Jadi, nilai tukar dari US Dollar akan mengalami peningkatan. Ini sudah mulai terlihat sekarang di rupiah kita di sekitar Rp16.300,” beber Chatib.
Kendati demikian, Chatib mengungkapkan bahwa apabila seluruh bank sentral di dunia sedang membuat kebijakan moneter yang justru bertentangan dengan the Fed, maka nilai tukar mata uang negara yang membuat kebijakan bertentangan dengan The Fed akan mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
"Jadi, opsi dari Bank Indonesia kalau dia mau melakukan independent monetary policy dengan menurunkan nilai tukar, menurunkan tingkat bunga, maka implikasinya nilai tukarnya akan mengalami pelemahan,” tandasnya.(H-2)
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (7/5) waktu setempat, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (fed fund rate/FFR) tetap di level 4,25-4,50%.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis 8 Mei 2025, dibuka menguat 19,75 poin atau 0,29% ke posisi 6.945,98.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 7 Mei 2025, dibuka menguat 27,05 poin atau 0,39% ke posisi 6.925,25.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian meramalkan Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuan fed fund rate.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved