Kabar Gembira:Riset Prediksi The Fed Berpotensi Pangkas Suku Bunga

Indrastuti
15/12/2024 11:00
Kabar Gembira:Riset Prediksi The Fed Berpotensi Pangkas Suku Bunga
Petugas menunjukkan mata uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. di Jakarta, Jumat (23/2/2024).(MI/SUSANTO)

BANK sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) diprediksi memangkas suku bunga acuan pada pertemuan Desember 2024. Prediksi ini muncul eiring data tenaga kerja menunjukkan tren pelemahan.

Berdasarkan riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk kondisi perekonomian dipengaruhi secara signifikan oleh pergeseran politik secara global. Di Indonesia, penggerak pasar ialah terpilihnya kembalai Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) dan mulainya pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Memasuki 2025, pasar mengantisipasi langkah presiden baru dalam memimpin negara masing-masing, serta bentuk kebijakan yang akan diterapkan dan inisiatif yang dilakukan.

“Selain itu, ketegangan geopolitik terus berkembang antara Rusia-Ukraina serta Timur Tengah sehingga ganggu rute pasokan tradisional dan membuat harga energi tetap tinggi,” demikian seperti dikutip dari Ashmore.

Dengan demikian, konsensus tentang Amerika Serikat tetap mendarat lunak terkait ekonomi dan pemotongan suku bunga terus berlanjut. Pelaku pasar sedang menanti pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan. Pada pertemuan itu dinantikan panduan dot plots dan prediksi ekonomi ke depan.

Hingga kini, data inflasi tetap sejalan dan data tenaga kerja menunjukkan tren pelemahan secara keseluruhan. Seiring hal itu pelaku pasar menempatkan sekitar 97 persen kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.

“Kondisi ekonomi makro global saat ini masih fluktuatif dengan dinamika yang berkaitan erat dengan implementasi kebijakan utama,” demikian seperti dikutip.

Adapun dinamika itu misalkan dorongan kebijakan yang sangat agresif oleh Donald Trump pada Januari dapat berisiko melihat the Fed mengubah pendiriannya. The Fed dapat menjadi lebih agresif dengan pemangkasan suku bunga yang lebih sedikit daripada yang diindikasikan dengan biaya pembayaran bunga tetap sangat tinggi.

"Namun, masih menjadi pertanyaan apakah Donald Trump akan mempertahankan tarif sebagai alat tawar menawar untuk negosiasi karena hubungan AS akan memburuk jika implementasi tarif menyeluruh tanpa pandang bulu,” demikian seperti dikutip.

Hal ini tetap menjadi salah satu ketidakpastian terbesar yang akan terjadi pada kuartal berikutnya. “Akan tetapi, Donald Trump lebih menyukai dolar AS melemah (suku bunga rendah) dalam masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS untuk meningkatkan daya tarik ekspor AS,”

Oleh karena itu, indeks dolar AS yang menguat hingga mencapai di atas 107 telah memberikan tekanan pada mata uang Asia dapat mereda terutama ketika suku bunga the Fed terus turun. (H-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya