Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INDONESIA memiliki potensi used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah yang besar. Pemanfaatan minyak jelantah untuk diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan, yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur, bisa menjadi solusi dari kondisi yang saat ini dihadapi Indonesia.
Ketua Umum Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkowapi) Sharmila Yahya potensi minyak jelantah di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 1-3 juta ton per tahun, yang bisa dimanfaatkan sebagai energi ramah lingkungan bioavtur.
”Minyak jelantah bisa dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat Sustainable Aviation Fuel (SAF). Ini adalah inovasi yang bisa dilakukan kalangan masyarakat secara mandiri,” ujar Sharmila dalam keterangan yang diterima, Rabu (12/2).
Untuk mendukung upaya pemanfaatan minyak jelantah menjadi bioavtur, Inkowapi bersama Sahabat Usaha Rakyat (Sahara) mendorong inisiasi menukar minyak jelantah dengan sembako. Dengan mengajak kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan bakar ramah lingkungan, warga bisa menukar minyak goreng bekas pakai untuk dengan beras, gula, minyak goreng baru hingga kecap dan mie instan.
“Ternyata masyarakat senang bisa mendapatkan sembako ditukar dengan jelantahnya. Langkah ini justru cukup membantu menstabilkan income dan ekonomi masyarakat, khususnya di tingkat keluarga dalam efisiensi pengeluaran untuk kebutuhan sembako,” ungkapnya.
Hingga saat ini telah terbentuk 2.000 titik pengumpul minyak jelantah yang tersebar di kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Dengan keberhasilan mengubah minyak jelantah menjadi bioavtur. Diharapkan program ini bisa menyasar secara masif di seluruh daerah. "Kami mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendaur ulang minyak jelantah agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biofuel. Spiritnya dari dapur untuk bioavtur,” tegas Sharmila. (P-5)
Uji coba ini dilakukan di Kilang Cilacap, Jawa Tengah, dengan target produksi awal sebesar 9.000 barel per hari.
Program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah, dinilai sebagai terobosan luar biasa Pertamina.
Kilang Pertamina Internasional berkomitmen untuk menjadi pelopor dan produsen unggul bioavtur di Indonesia.
Bioavtur J2.4 merupakan produk dari Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Disebut bioavtur karena avtur yang diproduksi berbahan baku nabati dari sawit.
Maskapai Pelita Air meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar bioavtur melalui rute Denpasar-Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved