Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kilang Cilacap Siap Produksi BioAvtur dari Minyak Jelantah

Liliek Dharmawan
16/1/2025 23:26
Kilang Cilacap Siap Produksi BioAvtur dari Minyak Jelantah
Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman (tengah) didampingi Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen dan General Manager KPI Refinery Unit (RU) IV Cilacap Wahyu Sulistyo Wibowo meniunjau kilang yang akan memproduksi bioavtur(MI/LILIK DARMAWAN)

KILANG Pertamina Internasional (KPI) Revinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), segera menguji coba produksi bioavtur atau sustainable aviation fuel (SAF). Bahan baku yang dipakai adalah minyak jelantah atau used cooking oil (UCO).

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, minyak jelantah dapat menjadi bahan baku alternatif untuk BBM, khususnya bioavtur dan biodiesel.

"Nantinya Kilang Pertamina Cilacap segera memproduksi bioavtur dengan bahan baku alternatif yakni minyak jelantah. Produk yang dihasilkan adalah bioavtur 3.0 atau bahannya 3% dari minyak jelantah," jelasnya usai Penandatangangan dan Kick Off Ekosistem Pengembangan Sustainable Aviation Fuel Pertamina di Kilang Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (16/1).

KPI siap memproduksi bahan bakar ramah lingkungan SAF di tingkat nasional dan regional Asia Tenggara. Pasalnya, KPI telah mengantongi International Sustainability Carbon Certification (ISCC) CORSIA dan EU untuk memproduksi SAF dari bahan baku minyak jelantah (UCO). Dengan demikian, SAF KPI memenuhi persyaratan sustainability dan dapat diterima serta diperdagangkan sesuai regulasi ICAO CORSIA (worldwide) dan Uni Eropa.

Selain itu, Unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating) yang berlokasi di Kilang Cilacap telah berhasil meraih sertifikasi ISCC Corsia dan EU untuk SAF pada awal Desember 2024.

Taufik mengatakan proyek pengembangan SAF itu sangat penting bagi pembangunan ekonomi hijau di Indonesia. Proyek tersebut sejalan dengan visi dan misi pemerintahan yang baru untuk mendorong transisi menuju ekonomi berkelanjutan, sekaligus mendukung target nasional dalam mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

"Dengan SAF, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon di sektor aviasi, tetapi juga menggerakkan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan limbah seperti minyak jelantah," katanya.

Dia mengatakan KPI berkomitmen untuk menjadi pelopor dan produsen unggul SAF di Indonesia. Komitmen itu diwujudkan melalui serangkaian langkah strategis yang akan menjadi fondasi utama bagi keberhasilan pengembangan SAF di Tanah Air.

"Inisiatif utama yang telah kami jalankan meliputi pengembangan katalis hydrogenated vegetable oil (HVO) dan SAF dari minyak jelantah melalui kolaborasi bersama Fungsi Technology Innovation. Kami berhasil melakukan joint study dan mengembangkan katalis yang mampu memproduksi HVO dan SAF dari waste UCO bersama Technology Innovation. Katalis ini diproduksi oleh PT Katalis Sinergi Indonesia dan saat ini pada kesempatan turn around Kilang Cilacap dilakukan loading katalis tersebut untuk selanjutnya dilaksanakan uji coba co-processing menggunakan waste UCO sebanyak 3% feed di unit TDHT untuk memproduksi SAF," paparnya.

Dalam pengembangan produk SAF, lanjutnya, pihaknya akan akan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pengembangan teknologi, memastikan ketersediaan bahan baku, hingga memastikan produk SAF dapat diterima di pasar global.

"Kemudian juga memastikan produksi dapat dilakukan secara ekonomis, new competitor calon produsen SAF yang mulai hadir, dan banyak hal lainnya agar ekosistem hulu-hilir dari produk SAF dapat terbangun dengan baik, hingga akhirnya produksi SAF dapat dilakukan secara berkelanjutan," tambahnya.

Taufik juga mengapresiasi sambutan masyarakat Cilacap yang sejak jauh hari sudah mulai mengumpulkan minyak jelantah.

"Dari masyarakat ini, akan ada pasokan minyak jelantah dan dapat membantu ekonomi sirkular ibu-ibu. Kapasitas produksi nanti mencapai 9 ribu barel per hari. Kandungan 3% minyak jelantah itu membutuhkan 42,9 ribu liter lebih. Karena itu, tidak hanya dipasok oleh satu kelompok saja, melainkan juga dari pihak lainnya," katanya.

Sementara itu, Direktur Bank Sampah Beo Asri Kelurahan Tegalreja Sri Widowati mengatakan Bank Sampah sekarang juga mengurus pembelian minyak jelantah.

"Di sini, sudah 70-an warga yang menyetorkan minyak jelantah. Jumlahnya, minyak jelantah 100 kg. Kalau setahun, sekitar 880 kg. Kami memulai pada Agustus tahun 2023 lalu. Kami membeli Rp5 ribu per kg minyak jelantah," jelasnya. (LD/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya