Gubernur BI Sebut Ada Ruang Turunkan Suku Bunga

Indriyani Astuti
24/1/2025 20:44
Gubernur BI Sebut Ada Ruang Turunkan Suku Bunga
ilustrasi(Dok.MI)

GUBENUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Ia menjelaskan dalam menentukan respons (suku bunga) BI-Rate, BI akan melihat perkiraan inflasi ke depan dan faktor lainnya.

"Perkiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Yang kedua, bagaimana kita melihat tujuan bersama, (yaitu) mendorong pertumbuhan supaya 5,2 persen tahun ini bisa dicapai," terang Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2025, di Jakarta, Jumat (24/1).

Selain melihat inflasi dan pertumbuhan ekonomi, imbuh dia, BI melihat stabilitas nilai tukar rupiah. Ketiga menjadi alasan masih ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, terutama didasarkan pada pertimbangan terkait inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Pihaknya memperkirakan inflasi ke depan tetap rendah. Misalnya, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir tahun ini diprediksi sekitar 2,7 persen dan inflasi inti 2,6 persen.

 Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan didorong dengan mengonsolidasikan kebijakan fiskal dan moneter agar mencapai target 5,2 persen pada 2025.

"Tinggal masalahnya adalah masalah stabilitas nilai tukar (karena sangat tergantung dinamika global dan domestik)," ujarnya.

 Perry memastikan nilai tukar rupiah tetap stabil, bahkan cenderung menguat. Dia menegaskan bahwa nilai tukar tetap stabil di tengah gejolak global dengan transaksi intervensi di pasar valas pada transaksi secara tunai atau spot  secara domestic non-delivery forward maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.

Ia menyebut beberapa alasan mengapa kurs rupiah bisa stabil ialah angka inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi masih bagus.

"Itu juga didukung oleh  inflow  yang triwulan IV-2024 yang lalu, SBN sudah mulai  inflow  Rp1,6 triliun, SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) adalah Rp4 triliun dan itu akan mendorong," terang Gubernur BI.

Kebijakan Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dinilai akan menambah suplai dolar Amerika Serikat (AS). Dalam hal ini, katanya lagi, isu yang harus diperhatikan yakni keadaan dinamika global.

Pada Januari 2025, indeks dolar AS sempat menyentuh angka 109 yang kemudian melemah di kisaran 108 selama dua hari terakhir. Pihaknya disebut akan mencermati arah kebijakan dari Pemerintah AS dan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) yang menentukan indeks dolar AS. (Ant/H-3)
    
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya