Tani dan Nelayan Apresiasi Kebijakan Presiden Setop Impor Pangan

Despian Nurhidayat
22/1/2025 21:26
Tani dan Nelayan Apresiasi Kebijakan Presiden Setop Impor Pangan
Ilustrasi(Dok Intani)

PERKUMPULAN Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) bersama Perkumpulan Indonesia Tionghoa (Inti) mengapresiasi kebijakan Presiden Prabowo Subianto menyetop impor pangan dalam 100 hari kerjanya.

Ketua Intani, Guntur Subagja Mahardika mengungkapkan, beberapa hari lalu, Presiden memerintahkan menteri terkait menghentikan impor jagung, gula, dan garam. Dua bulan sebelumnya, Prabowo melarang impor beras. Sebaliknya, Presiden menaikkan harga gabah petani menjadi Rp6.500 dan mewajibkan Bulog menyerap hasil panen petani berapapun jumlahnya.

"Presiden Prabowo tidak omon-omon. Visi swasembada pangan yang dicanangkan beliau dilakukan strategis memangkas akar permasalahannya selama ini, mafia impor," ungkapnya dalam acara Perpajakan Modern Berbasis Coretax yang Mendukung Ketahanan Pangan: Peran UMKM, Insan Tani dan Nelayan dalam Pembangunan Negara di OCBC Premier House, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (22/1). 

Kegiatan yang diselenggarakan Inti, OCBC, bersama Intani dan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Tangerang ini dihadiri para pengusaha dan nasabah prioritas bank OCBC.

Ketua Perhimpunan Inti Tangerang Selatan, Santo Wirawan menyampaikan pentingnya perhatian terhadap sektor-sektor vital dalam perekonomian Indonesia. 

"Kita semua tahu bahwa UMKM, insan tani dan nelayan adalah pilar utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Mereka adalah kekuatan yang berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mendukung ketersediaan pangan serta menjaga keberlanjutan ekonomi bangsa ini. Oleh karena itu, kita harus memberikan perhatian lebih kepada sektor-sektor ini, dengan menciptakan kebijakan dan sistem yang mendukung pertumbuhannya, termasuk melalui peningkatan sistem perpajakan yang lebih baik," ujar Santo.

Guntur menegaskan gagalnya kemandirian pangan nasional selama ini antara lain karena ulah birokrasi yang korup bersekongkol dengan mafia impor. Banyaknya produk pangan impor menjadikan petani, peternak, dan nelayan nasional tidak bisa menjual hasil panennya dengan harga baik.

Kuota impor, rekomendasi dan surat ijin impor banyak yang diperjualbelikan dengan biaya tertentu. "Kami mendukung Presiden yang tegas akan menindak korupsi, khususnya di birokrasi, agar Indonesia bersih, efisien, dan efektif. Rantai pasok hulu hilir sektor pertanian akan lebih efisien sehingga meningkatkan kesejahteraan petani," ujarnya.

Guntur mengajak pelaku usaha dan masyarakat mengembangkan pangan lokal dan mengkonsumsi komoditas hasil petani nasional Indonesia. "Sejumlah barang konsumsi impor seperti tepung terigu, kedelai untuk tempe tahu, dan lainnya bisa diganti komoditas dalam negeri,"papar Guntur. 

Di antaranya terigu diganti mocaf (modified casava flour). Bisa juga tepung dari ubi jalar dan porang menjadi pangan lokal pengganti terigu dari gandum impor. Saatnya, Indonesia budidaya kedelai  secara masif untuk memenuhi pabrik tahu - tempe yang selama ini mengandalkan kedelai impor.

Guntur menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang direalisasikan Presiden Prabowo merupakan ekosistem untuk menyerap  produk-produk hasil petani di pasar lokal. 

"Dengan program MBG terbentuk pasar yang pasti, yang dapat disuplai petani terdekat?" tutur Guntur.

Ketua IKPI Dhaniel Hutagalung melakukan sosialisasi penerapatan sistem perpajakan terpadu Coretax. Ia menyebutkan Coretax melengkapi memadukan bantak platform sebelumnya ke dalam sati platform. Ia mengajak masyarakat menjadi membayar pajak tepat waktu. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya