Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

OJK Sebut Kinerja Perbankan Masih Baik dan Kuat

M Ilham Ramadhan Avisena
07/1/2025 19:23
OJK Sebut Kinerja Perbankan Masih Baik dan Kuat
Nasabah mengakses layanan aplikasi penunda pembayaran (paylater)(ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

KINERJA perbankan Indonesia disebut masih cukup baik dan kuat. Itu dilihat dari kinerja intermediasi perbankan dalam negeri yang masih tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Salah satunya dapat dilihat dari kinerja penyaluran kredit yang tumbuh dengan tingkat kredit bermasalah yang relatif terkendali. 

“Kinerja intermediasi perbankan masih tumbuh positif dengan profil risiko tetap terjaga pada November 2024,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Dian Ediana Rae dalam konferensi pers secara daring, Selasa (7/1).

Data OJK menunjukkan, pertumbuhan kredit pada November 2024 tercatat mencapai 10,92% secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai sebesar Rp7.717 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 7,54% (yoy), lebih baik dari bulan sebelumnya yang ada di angka 6,74% (yoy) dengan nilai DPK di November 2024 mencapai Rp8.835,9 triliun. 

Sedangkan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross tercatat di angka 2,19%, turun tipis dari Oktober 2024 di angka 2,20%. Adapun NPL net tercatat 0,75%, juga lebih rendah dari posisi Oktober 2024 di angka 0,77%. Kemudian loan at risk tercatat di angka 9,82% dan lebih baik dari kondisi sebelum pandemi covid-19 di angka 9,93%.

“Secara umum, tingkat profitabilitas bank atau ROA sebesar 2,69%, dibandingkan Oktober adalah sebesar 2,73%, menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resiliens dan stabil,” jelas Dian. 

Demikian halnya dengan rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio) perbankan yang tetap berdaya tahan dan stabil di angka 26,29%. Itu menurut Dian, dapat menjadi bantalan bagi perbankan untuk memitigasi risiko yang kuat di tengah ketidakpastian global. 

Adapun pertumbuhan debet produk kredit Buy Now Pay Later (BNPL/beli sekarang bayar nanti) yang dilakukan perbankan tercatat 42,68% secara tahunan, setara Rp21,73 triliun dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta. 

“Ini sebetulnya menunjukkan bahwa memang bank sendiri melaksanakan ekspansi kredit terkait konsumsi cukup signifikan melalui pay later, menunjukkan concern perbankan terhadap kebutuhan masyarakat secara umum, yang dalam level sebetulnya adalah kredit kecil,” pungkas Dian. (Mir/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya