Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SUBHOLDING PLN Energi Primer Indoensia (PLN EPI) bersama Anak Perusahaannya, PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (BAg) melaksanakan kolaborasi TJSL dalam program Pengelolaan Sampah Organik Dapur dengan Maggot BSF.
Kegiatan yang dilaksanakan di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta, ini mengajak mengajak warga Desa Karangasem untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, edukasi pemilahan sampah, pengolahan sampah hulu terpadu hingga nilai tambah dari hasil pengolahan sampah organik melalui Maggot Black Soldier Fly (BSF).
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menjelaskan program ini dapat menciptakan kemandirian serta keberlanjutan dalam pengelolaan sampah organik dapur.
“PLN EPI akan terus berkomitmen untuk menyampaikan program ini secara keberlanjutan sehingga keberhasilan program ini selaras dengan tingkat partisipasi warga Desa Karangasem dalam memilah sampah organik dapur serta dapat menjadi program percontohan bagi desa lain," ujar Mamit dalam keterangannya, Minggu (17/11).
BSF (Hermetia Illucens), sambung Mamit, adalah sejenis lalat berwarna hitam yang mana larva (maggot) tersebut mampu mendegradasi sampah organik. Maggot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) sangat aktif memakan sampah organik.
"Proses biokonversi oleh maggot ini dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik, serta larvanya dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan. Proses biokonversi dinilai cukup aman bagi kesehatan manusia karena lalat ini bukan termasuk binatang vektor penyakit," ungkapnya.
Kolaborasi ini juga menggandeng komunitas lokal setempat, yaitu Bank Sampah Ngupadi Rejeki untuk memilah sampah organik dapur dari rumah tangga (hulu) kemudian dikumpulkan dan dipakai sebagai pakan budi daya Maggot BSF. Hal ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan sampah dari rumah tangga (hulu) dan bernilai ekonomis serta dapat membuka peluang usaha baru.
Mamit menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas keterampilan dan skill warga Karangasem dalam pengelolaan sampah secara mandiri dapat menghasilkan nilai tambah. "Selain itu, peningkatan pengetahuan warga akan pentingnya edukasi terkait pemilahan sampah secara mandiri di rumah akan menciptakan rumah bersih dan sehat," imbuhnya.
Indikator keberhasilan dari program ini telah diukur sesuai kebutuhan warga Kalurahan Karangasem dengan target penerima manfaat sebanyak 250-300 kepala keluarga selama tujuh bulan sehingga dapat mengurangi jumlah volume sampah organik sebanyak 2-3 ton perbulan.
Sementara itu, Kepala Bebadan Pangreksaloka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, menyampaikan bahwa program ini bisa menjadi percontohan bagi Kalurahan lain sehingga ke depannya program ini dapat berkembang dan terus berjalan secara konsisten berkelanjutan agar memberikan dampak positif bagi warga dan dapat diterapkan di Kalurahan lain.
"Semoga program ini menjadi awal permulaan yang baik dan ke depannya menjadi pelaku utama untuk sirkular ekonomi," pungkas Marrel.
Di sisi lain, salah satu warga Kalurahan Karangasem, Riyanta mengungkapkan bahwa program ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi warga Kalurahan Karangasem, Kecamatan Ponjong, seperti mengurangi sampah organik, mengurangi pembakaran sampah kompos.
"Selain itu juga dapat memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah dapur melalui maggot, menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat, serta memberikan penghasilan tambahan dari hasil produk maggot. Maggot ini juga dapat bermanfaat untuk pakan lele dan unggas dan sisa hasil residu yang dihasilkan oleh maggot akan dibuatkan pupuk padat untuk diberikan kepada tanaman sayuran milik warga kelompok wanita tani," terang Riyanta.
PLN EPI berharap branding positif bagi kelompok warga, pemerintah, dan perusahaan dalam pengelolaan sampah organik dapur secara mandiri akan terus dijalankan secara berkelanjutan. Hal ini sebagai wujud peran PLN EPI dalam hal meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan serta komitmen PLN EPI tehadap Environmental, Social, and Governance (ESG) dan konsisten melaksanakan Sustainable Developement Goals atau SDGs. (J-3)
Wakil Wali Kota Bandung Erwin, menyatakan konsepnya ke depan, lokasi ini akan dijadikan titik kumpul wilayah untuk budidaya magot.
Mayoritas sampah di pasar merupakan organik atau yang mudah terurai. Karena itu, konsep budi daya maggot pas diterapkan untuk mengurai jenis sampah organik.
EMA Suranta, warga Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, mendapat penghargaan sebagai bentuk apresiasi membudidaya larva Black Soldier Fly (maggot) untuk mengolah sampah organik.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) memberikan dukungan kepada masyarakat Depok melalui program pengolahan sampah dengan biokonversi maggot.
PAKAN unggas yang dibuat dari kombinasi maggot dan ekstrak daun meniran berfungsi memenuhi kebutuhan nutrisi unggas. Ini sekaligus solusi penyembuhan penyakit CRD pada unggas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved