Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Revitalisasi Industri Mutlak Dilakukan

M Ilham Ramadhan Avisena
16/10/2024 16:13
Revitalisasi Industri Mutlak Dilakukan
Foto udara lahan kawasan industri Proyek Strategis Nasional Rempang Eco City Pasir Panjang, Pulau Rempang, Batam(ANTARA FOTO/Teguh Prihatna)

REVITALISASI industri dinilai mutlak dilakukan Indonesia jika ambisi menjadi negara maju di 2045 ingin tercapai. Itu perlu dilakukan segera dengan cepat agar tak kehilangan momentum. 

"Revitalisasi industri itu menjadi kunci awal kita untuk bisa tumbuh lompat lebih tinggi," kata ekonom senior sekaligus pendiri Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Hendri Saparini dalam diskusi bertajuk Urgensi Industrialisasi untuk Mencapai Pertumbuhan 8%, Jakarta, Rabu (16/10).

Implementasi menjadi penting. Dalam dua dekade terakhir kontribusi industri terhadap perekomian dalam negeri terus menyusut. Itu karena adanya peralihan struktur ekonomi dari berbasis industri ke sektor jasa. Sayangnya, mayoritas sektor jasa di Indonesia belum memiliki daya tambah tinggi. 

Karenanya, menurut Hendri mendorong geliat industri merupakan keniscayaan yang tak boleh diabaikan. Pasalnya, sektor itu mampu memberikan nilai tambah dan memberi dampak terusan yang besar pada sektor lainnya. 

"Ini menjadi masalah besar. (Industri) kita menurun share-nya, kita memang tidak bisa membiarkan ini. Semua negara menuju negara maju, maka share manufaktur terhadap PDB itu di atas 30%," tuturnya. 

"Kita 18%, dan dominasinya hanya ada di sektor makanan dan minuman, artinya tidak ada perubahan, perkembangan sektor lain, semestinya ada perkembangan, di mana sektor karet, kayu, hortikultura, itu mestinya berkembang, ternyata tidak. Jadi sebenarnya kita punya potensi besar, dan perlu strategi lain," lanjut Hendri.

Industrialisasi perlu segera dilakukan mengingat Indonesia terus mendekati puncak bonus demografi. Itu merupakan momentum yang dianggap pas untuk meningkatkan produktivitas dan peningkatan kualitas ekonomi nasional. 

Jangan sampai, industrialisasi terlambat dan baru dikerjakan ketika momen bonus demografi telah berlalu. Alih-alih mencapai peningkatan produktivitas, justru beban perekonomian baru akan muncul lantaran banyaknya jumlah penduduk tua yang tak lagi produktif. 

Karenanya, kata Hendri, lompatan dalam ekonomi melalui industrialisasi diperlukan. "Kalau kita tidak bisa melakukan lompatan, tidak bisa memanfaatkan era emas kita, pada saat bonus demografi ini, maka hilang kesempatan itu, karena kita akan masuk aging population, jumlah orang tua lebih banyak," terang dia.

Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, ke depan, kebijakan terkait industri tak lagi berdasarkan pada penyeragaman.

"Perlu industrialisasi yang kuat dan terfokus. Kita tidak lagi bisa main dengan broad based policy. Kita harus mencontoh negara lain yang berhasil melakukan industrialisasi, selective priority untuk industri," jelasnya.

Fokus industrialisasi dalam jangka menengah bakal ditempuh dengan penghiliran di industri agro, industri pertambangan, dan industri maritim. Pada industri agro, misalnya, penghiliran minyak kelapa sawit, kelapa, cukup potensial memberikan nilai tambah lebih dalam perekonomian. 

Di sektor pertambangan, Amalia mengatakan telah ada contoh sukses dari penghiliran pada komoditas nikel. Sementara di sektor maritim, komoditas rumput laut disebut cukup menjanjikan memberi nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja. 

"Rumput laut kalau kita lihat dari industrinya, kita bisa jadikan lapisan kemasan, kita bisa jual rumput laut jadi snack, bahan baku farmasi, nutritional food dan lainnya. Artinya rumput laut bisa menghasilkan nilai tambah tinggi. Jadi 5 tahun ke depan, kita akan dorong hilirisasi tambang, agro, laut," tutur Amalia. 

Sementara itu, pelaku usaha menyatakan sepakat bahwa industrialisasi harus digalakkan untuk mendorong perekonomian. Pebisnis juga memandang industrialisasi itu mesti menjadi sebuah satu kesatuan dalam kegiatan ekonomi, alias terintegrasi. 

"Kita berikan nilai tambahnya, tidak kalah penting juga ada daya saing, tidak semata pada resources itu sendiri, dengan dukungan infrastruktur, SDM kompeten, profesional dan juga termasuk penguasaan teknologi juga termasuk bagaimana menggunakan IT yang berkembang sekarang ini," ujar Ketua Pengembangan Industri Logam dan Alat Transportasi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) I Made Dana Tangkas.

"Produk yang kita buat itu harus berkualitas tinggi, dan juga kecepatannya juga harus lebih cepat. Karena kalau kita ikut demand yang meningkat, untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi 8% itu, demand naik, industri naik, produsen naik, manufaktur naik, dan prosesnya juga harus tetap berkualitas, dia juga harus punya produk customize sesuai kebutuhan customer," tambahnya. (Mir/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya