Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HASIL riset International Institute for Management Development (IMD) World Talent Ranking (WTR) 2024 menyebut kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) menjanjikan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Namun, di saat bersamaan AI juga mengancam sejumlah lapangan pekerjaan, khususnya di sektor-sektor yang bergantung pada pekerjaan repetitif yang bisa diotomatisasi.
Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC) Arturo Bris seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (22/9), menyampaikan ada tiga poin penting pengaruh AI terhadap ketersediaan lapangan kerja. Pekerja perempuan paling terdampak oleh perubahan itu.
"Kecerdasan buatan akan mengubah lapangan pekerjaan. AI akan menghilangkan sejumlah lapangan kerja yang ada maka pemerintah perlu memikirkan bagaimana cara untuk membuka lapangan kerja baru," terangnya.
Baca juga : Padukan AI dan Pelibatan Aktif Karyawan, Transcosmos Raih Dua Penghargaan TBCCI
Bris memaparkan, lapangan kerja di negara maju lebih terdampak oleh AI. Menurut data Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO/Internasional Labour Organization) PBB, AI akan mengubah atau menggantikan 5,5% pekerjaan di negara berpendapatan tinggi dan hanya kurang dari 0,4% di negara berpendapatan rendah. Negara berpendapatan rendah lebih sedikit terdampak karena terbatasnya akses teknologi.
AI, sambungnya, juga memperburuk inklusi dan diskriminasi. Data ILO menunjukkan perbedaan gender ternyata mendapat dampak berbeda akibat automasi pekerjaan dengan AI.
Pekerja perempuan di negara maju (7,9%) lebih terdampak otomatisasi pekerjaan dengan AI ketimbang laki-laki (2,9%). Sementara di negara berkembang, perempuan (2,7%) pun lebih terdampak AI ketimbang pria (1,3%).
Baca juga : Moderasi dengan AI Perangi Konten Negatif
Dalam hal penggunaan AI untuk perekrutan, promosi, dan evaluasi kinerja, kata Bris, perlu dievaluasi ulang agar tidak terjadi diskriminasi yang merupakan imbas dari algoritma AI yang dipakai.
Untuk itu, pemerintah dan pengambil kebijakan disarankan untuk segera melakukan antisipasi. Misalnya dengan menyiapkan pelatihan ulang tenaga kerja dan rencana penanggulangan terhadap tingkat pengangguran dari pekerja yang terdampak AI dan kaum marginal.
"Pencegahan ini perlu dilakukan agar tak berkembang menjadi gejolak sosial dan berdampak kemampuan suatu negara untuk menarik talenta asing. Sebab, tenaga ahli asing kurang berminat untuk masuk ke negara-negara yang memiliki masalah sosial, sehingga mereka memilih lari ke negara lain. Kurangnya daya tarik ini ujungnya akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi," pungkas Bris. (E-2)
UPAYA mendorong penerapan kesetaraan gender di sejumlah bidang harus konsisten dilakukan demi mewujudkan kehidupan keseharian yang lebih baik di masa depan.
ILO menyatakan dasar dari tanggung jawab sosial perusahaan ialah pemahaman bahwa perusahaan harus beroperasi dengan cara yang menghormati hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan.
Kementerian Ketenagakerjaan kembali menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan berkolaborasi menghapus praktik kerja anak
Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, diperingati setiap 12 Juni, adalah upaya global untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah pekerja anak dan mempromosikan langkah mengakhirinya.
Sekjen Anwar menyinggung mengenai langkah-langkah yang harus diambil dalam mewujudkan keadilan sosial seperti yang tertuang dalam kerangka ILO.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved