Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemulihan Ekonomi Tiongkok Sebabkan Kenaikan Harga Minyak Dunia

Fetry Wuryasti
19/3/2024 09:20
Pemulihan Ekonomi Tiongkok Sebabkan Kenaikan Harga Minyak Dunia
Harga minyak mengalami kenaikan dan mampu mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 4 bulan terakhir karena perbaikan ekonomi Tiongkok(AFP)

HARGA minyak terus mengalami kenaikan dan mampu mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 4 bulan terakhir. Hal ini dipicu oleh membaiknya data perekonomian Tiongkok.

Data Industrial Production Tiongkok sejak awal tahun (Ytd) dan tahunan (YoY), naik menjadi 7%. Begitu dengan data penjualan ritel sejak awal tahun (Ytd) dan tahunan (YoY), Sales YTD YoY yang berada di area positif 5,5%.

Harga minyak WTI naik kenaikkan menuju US$81,5 per barel, begitu juga dengan minyak Brent yang berada di US$86 per barel.

Baca juga : Tiongkok Tetapkan Target Ambisius Ekonomi Tumbuh 5% pada 2024

"Tidak hanya data pemulihan ekonomi Tiongkok yang positif, namun di Rusia juga telah terjadi serangan drone kepada kilang minyak akhir pekan lalu yang merupakan serangan terbaru dari serangkaian serangan terhadap fasilitas energi," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Selasa (19/3).

Unit pemrosesan produk minyak bumi terbakar di wilayah kilang minyak Rosneft PJSC di Syzran Rusia. Kapasitas design pabrik tersebut adalah 8,5 juta barel per tahun atau sekitar 170.000 barel per hari.

Serangan drone lainnya terjadi di kilang minyak Slavyansk-on-Kuban di wilayah Krasnodar Rusia Selatan, namun upaya untuk menyerang kilang minyak di Novokuibyshevsk telah digagalkan.

Baca juga : Ekonomi Tiongkok Khawatir terkait Pengangguran Anak Muda

Ukraina yang menargetkan pabrik tersebut, dan sejauh ini tingkat kerusakan juga masih belum disampaikan dengan jelas.

Para pejabat di Kyiv mengatakan tujuannya adalah merusak industri utama yang memberikan pendapatan perang bagi Rusia dan mengganggu pasokan bahan bakar dalam negeri. Padahal dalam kurun waktu 2 bulan terakhir sebelum serangan, tingkat pemrosesan minyak di Rusia meningkat ke level tertinggi.

Selain peperangan yang semakin memanas, Rusia saat ini tengah menghadapi berbagai sanksi global salah satunya pada komoditas minyak mentah.

Baca juga : Harga Minyak Mentah RI Melonjak, Ini Pemicunya

AS dan Uni Eropa melarang untuk melakukan impor minyak dari Rusia. Negara G7 atau 7 negara dengan ekonomi terkuat, juga memberlakukan harga maksimum US$60 (sekitar Rp938.790) per barel untuk minyak mentah Rusia, untuk mengurangi pendapatannya.

Namun, sejumlah pihak memperkirakan Rusia tetap berhasil menjual minyak ke luar negeri dengan harga lebih tinggi dari yang telah diterapkan negara-negara G7. Menurut Badan Energi Internasional, Rusia tetap berhasil mengekspor 8,3 juta barel minyak per hari dimana importir terbesar minyak mentah Rusia adalah Tiongkok.

Berbagai sumber mengatakan, negara dengan ekonomi terbesar nomor 2 tersebut siap menerima sekitar 882.000 barel per hari minyak mentah Rusia bulan ini.

Baca juga : Harga Minyak Melaju Didorong Kebijakan Stimulus Tiongkok

Tiongkok telah menjadi pembeli minyak mentah Rusia secara konsisten sejak invasi Moskow ke Ukraina dan baru-baru ini mengambil keuntungan dari harga Sokol (minyak mentah Rusia) yang lebih murah setelah aliran minyak ke India berkurang.

Namun, Tiongkok tidak hanya mengimpor minyak mentah dari Rusia sehingga pertumbuhan aktivitas industri di Tiongkok juga akan meningkatkan permintaan akan minyak mentah secara global.

Sedangkan negara lain seperti India dan Turki yang sebelumnya juga termasuk importir minyak mentah Rusia, mulai menghindari impor minyak mentah dari Rusia karena kekhawatiran atas sanksi dari AS terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan hubungan dagang dengan Rusia.

Situasi dan kondisi juga semakin tertekan karena adanya pengurangan produksi OPEC+ dan proyeksi defisit global tahun ini yang semakin membuat harga minyak naik.

"Dengan berbagai guncangan dan kenaikan permintaan yang terjadi, kami memperkirakan rentang harga minyak berikutnya akan bermain di rentang US$81,50 – US$84,90 per barel," kata Nico. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya