Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Harga Beras pada Februari Tertinggi dalam Sejarah, ini Dua Sebabnya

Naviandri
01/3/2024 15:45
Harga Beras pada Februari Tertinggi dalam Sejarah, ini Dua Sebabnya
Rak beras SPHP berukuran 5 kilogram yang sebagian kosong di salah satu pusat perbelanjaan, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (29/2/2024).(MI/Susanto)

HARGA beras melejit pada Februari 2024 hingga mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Selain alam yang menyebabkan puncak musim bergeser, faktor lain tak kalah penting ialah penurunan luas bahan baku sawah (LBS) hingga minus 78,7 hektare.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas LBS pada 2019 sebesar 928 ribu hektare dan luas panen mengalami penurunan sebesar minus 78,7 ribu hektare. Secara persentase turun yaitu 4,74% di 2022 dari 1.662,4 hektare menjadi 1.583,7 hektare pada 2023," kata Kepala BPS Jawa Barat (Jabar) Marsudijono, Jumat (1/3).

Namun demikian, lanjut Marsudijono, angka sementara luas panen Januari-April 2024 diperkirakan mencapai 399,8 ribu hektare atau mengalami penurunan 33,35% dan prediksi puncak panen pada 2024 bergeser. Ini akibat mundurnya masa tanam padi menjadi April 2024. Inil salah satu penyebab harga beras naik karena posisi pasokan belum panen. 

Baca juga : Jatim Geser Jateng jadi Penghasil Padi Terbesar se-Indonesia

"Perlu diketahui produksi padi di Jabar pada Januari-Desember 2023 mengalami penurunan 3,11% dibandingkan Januari-Desember 2022. Produksi turun dari 9.433,7 ton padi pada 2022 menjadi 9.140,0 ton pada 2023 atau turun 293,7 ribu ton," jelasnya.

Menurut Marsudijono, untuk produksi padi pada Januari-April 2024 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 33,73%. Pada Januari-April 2023 produksi mencapai 3.448,7 ribu ton menjadi 2.285,3 ribu ton pada Januari-April 2024. Ini mengalami penurunan 1.163,4 ribu ton. 

Produksi beras, sudah ditetapkan angka pada 2023 mencapai 5.447,8 ton atau mengalami penurunan sebesar 3,11%. Secara nilai kurang lebih turun 169,6 ribu ton menjadi 5.278,2 ton. "Angka sementara untuk panen berikutnya, dilihat pada 2024 produksi beras juga mengalami penurunan sebesar 671,9 ribu ton atau 33,73%. Dengan demikian, diprediksi produksi beras mengalami penurunan di Jabar," tuturnya.

Namun demikian, kata Marsudijono, masih punya waktu untuk memperhatikan kesejahteraan petani agar dapat terlindungi dan harganya terjaga. Pada April itu panen raya dibarengi dengan Hari Raya Idul Fitri. Ditambah lagi impor akan terjadi di bulan yang sama. "Ini mesti menjadi perhatian," pungkasnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya