Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DUNIA usaha mengapresiasi keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6%. Hal itu dinilai mampu menjaga stabilitas ekonomi makro dan memberikan sedikit ruang bagi pebisnis untuk melakukan usaha meski terbatas.
"Kami mengapresiasi keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Ini kami rasa sangat prudent," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Kamis (21/12).
Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan juga sejalan dengan kondisi inflasi nasional yang masih berada dalam rentang kisaran target. Itu menurut Shinta patut dijaga lantaran dalam tiga bulan terakhir ada kecenderungan peningkatan inflasi akibat kenaikan harga-harga bahan pangan.
Baca juga: Ekonomi Indonesia masih Berpotensi Terdampak Kondisi Global
Selain itu, faktor eksternal yang memengaruhi stabilitas makro ekonomi domestik juga cenderung mengalami stabilisasi. Dengan kata lain, tak ada risiko besar yang harus diantisipasi oleh BI melalui penaikan suku bunga. Karenanya, langkah mempertahankan level BI Rate patut diapresiasi.
"Kebijakan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini kami rasa sudah sangat tepat, meskipun belum ideal untuk mendongkrak kinerja usaha dan pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi," kata Shinta.
Baca juga: Suku Bunga AS Diyakini Turun pada Semester II 2024
Dia menambahkan, keputusan BI mempertahankan BI Rate juga akan memberi dampak positif bagi sektor riil. Sebab, pelaku usaha tak perlu khawatir soal risiko kenaikan beban usaha dan penurunan daya beli pasar yang umumnya terjadi pascakenaikan suku bunga acuan.
"Dengan demikian, kami bisa lebih fokus pada peningkatan kinerja usaha dengan memanfaatkan momentum konsumsi akhir tahun," terang Shinta.
Dunia usaha, sambungnya, berharap agar BI tetap waspada dalam upaya menjaga stabilitas makro. Itu juga perlu diikuti dengan penciptaan stabilitas nilai tukar dan inflasi melalui optimalisasi instrumen-instrumen intervensi lain seperti SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) maupun SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia).
BI juga tetap perlu menjadikan upaya penaikan suku bunga sebagai upaya terakhir. "Saat ini pun pelaku usaha sudah merasa tingkat suku bunga riil tidak kompetitif bila dibandingkan negara-negara ASEAN-5 dan tidak affordable, khususnya bagi UMKM, sehingga ekspansi kinerja usaha menjadi terbatas," kata Shinta.
"Karena itu, bila tren inflasi global di negara-negara utama dunia sudah turun secara stabil, risiko monetary tightening global mereda, dan faktor geopolitik lain yang dapat menciptakan inflasi domestik cenderung stabil, kami berharap BI bisa segera melakukan relaksasi/penurunan suku bunga ke level yang bersaing agar ekspansi kinerja usaha dan pertumbuhan ekonomi bisa didongkrak lebih tinggi daripada saat ini," pungkas dia. (Mir/Z-7)
Pengamat Celios, Nailul Huda, memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate, seiring keputusan The Fed dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perubahan suku bunga.
Dari sisi pendanaan, tren penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan memperkuat likuiditas dan meningkatkan efisiensi struktur biaya dana.
Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
The Fed mempertahankan suku bunga dengan kisaran 4,25%-4,5%, meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved