Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Arab Saudi memutuskan memangkas produksi minyak sebanyak 3,3 juta barel hingga akhir tahun ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mengendalikan volume produksi karena Arab Saudi menginginkan harga minyak dunia berada di kisaran US$100 per barel. Kebijakan tersbut diyakini akan membuat kondisi perekonomian dunia semakin tidak menentu.
"Dalam beberapa bulan mendatang, mungkin harga minyak akan naik. Apalagi kemarin harga minyak WTI telah menyentuh harga tertingginya US$93,68. Brent menyentuh US$96,55," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (29/9).
"Belum lagi yang menjadi perhatian adalah, pasokan yang berkurang di pusat penyimpanan Amerika Serikat yang berdampak terhadap pasar mulai dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa," sambungnya.
Baca juga: Gejolak Minyak Dunia, ESDM Pastikan Harga Pertalite tidak Naik
Dalam beberapa bulan terakhir, AS sedianya telah membantu mengisi kekosongan yang ada di pasar dengan mengirimkan secara rutin lebih dari 4 juta barel setiap hari. Itu dilakukan untuk membantu memenuhi permintaan global. Namun, keputusan itu juga membuat stok di AS sendiri terus turun.
"Fokus utamanya adalah, jangan sampai persediaan minyak mengalami kehabisan, minimnya pasokan akan membuat harga minyak semakin kian menjulang tinggi. Namun permintaan di Eropa pun tinggi. Alhasil kalau Ekspor dikurangi Eropa kesulitan akan mendapatkan minyak," tutur Nico.
Baca juga: Ekonomi RI Dinilai Masih Mampu Redam Gejolak Kenaikan Harga Minyak
Di pasar futures, minimnya pasokan minyak di AS telah mendorong selisih atau spread minyak antara Brent dan Dubai di Timur Tengah meningkat. Namun, pasokan yang semakin mengecil tampaknya tidak akan membuat Amerika menurunkan ekspornya, karena pengiriman tetap di sesuaikan dengan kebutuhan pasar global yaitu 4 juta barel per hari.
"Saat ini dunia masih akan bergolak terkait dengan kenaikan harga minyak global yang telah mendorong kekhawatiran akan inflasi yang kembali mengalami kenaikkan di mana tentu saja pelbagai bank sentral juga pasti akan bersiap menaikkan tingkat suku bunga acuan," kata Nico. (Z-11))
PT PLN menegaskan komitmennya dalam mendukung ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan gas domestik.
Presiden Joe Biden mengumumkan langkah eksekutif yang akan melarang pengembangan minyak dan gas di sebagian wilayah Samudra Atlantik dan Pasifik.
Dalam upaya meningkatkan potensi produksi hidrokarbon di wilayah Kabupaten Indramayu, Pertamina EP Zona 7 melakukan proyek Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan Akasia Bagus-Gantar.
Program Migas Goes to Campus (MGTC) 2024 kembali diselenggarakan di Universitas Padjadjaran dengan mengangkat tema “Kebijakan Migas di Masa Transisi Energi Menuju Net Zero Emission.
Pemerintah Indonesia terus berupaya membuka peluang bagi investor nasional maupun internasional yang berniat untuk bekerja sama di sektor energi
Kampung Wisata Adat Malasigi binaan Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur, berhasil meraih juara 1 Desa Wisata Rintisan dalam ADWI 2024.
PEMERINTAH tak menutup peluang penambahan kuota subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah gejolak harga minyak mentah dunia.
Peluang pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau mengurangi kuota subsidi bensin dinilai terbuka lebar.
Dampak eskalasi konflik Israel-Iran dikhawatirkan memicu adanya guncangan pasokan atau supply shock minyak mentah dunia.
PENGAMAT energi dari Universitas Trisakti Pri Agung Rahmanto meramalkan harga minyak mentah dunia bisa kembali menembus US$100 per barel pascaserangan Iran ke Israel.
Prediksi dari Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, pergerakan harga minyak masih mencerminkan potensi kenaikan yang signifikan.
HARGA minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) Januari 2024 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya Desember 2023 sebesar US$1,61 per barel menjadi US$77,12 per barel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved