Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Arab Saudi memutuskan memangkas produksi minyak sebanyak 3,3 juta barel hingga akhir tahun ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mengendalikan volume produksi karena Arab Saudi menginginkan harga minyak dunia berada di kisaran US$100 per barel. Kebijakan tersbut diyakini akan membuat kondisi perekonomian dunia semakin tidak menentu.
"Dalam beberapa bulan mendatang, mungkin harga minyak akan naik. Apalagi kemarin harga minyak WTI telah menyentuh harga tertingginya US$93,68. Brent menyentuh US$96,55," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (29/9).
"Belum lagi yang menjadi perhatian adalah, pasokan yang berkurang di pusat penyimpanan Amerika Serikat yang berdampak terhadap pasar mulai dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa," sambungnya.
Baca juga: Gejolak Minyak Dunia, ESDM Pastikan Harga Pertalite tidak Naik
Dalam beberapa bulan terakhir, AS sedianya telah membantu mengisi kekosongan yang ada di pasar dengan mengirimkan secara rutin lebih dari 4 juta barel setiap hari. Itu dilakukan untuk membantu memenuhi permintaan global. Namun, keputusan itu juga membuat stok di AS sendiri terus turun.
"Fokus utamanya adalah, jangan sampai persediaan minyak mengalami kehabisan, minimnya pasokan akan membuat harga minyak semakin kian menjulang tinggi. Namun permintaan di Eropa pun tinggi. Alhasil kalau Ekspor dikurangi Eropa kesulitan akan mendapatkan minyak," tutur Nico.
Baca juga: Ekonomi RI Dinilai Masih Mampu Redam Gejolak Kenaikan Harga Minyak
Di pasar futures, minimnya pasokan minyak di AS telah mendorong selisih atau spread minyak antara Brent dan Dubai di Timur Tengah meningkat. Namun, pasokan yang semakin mengecil tampaknya tidak akan membuat Amerika menurunkan ekspornya, karena pengiriman tetap di sesuaikan dengan kebutuhan pasar global yaitu 4 juta barel per hari.
"Saat ini dunia masih akan bergolak terkait dengan kenaikan harga minyak global yang telah mendorong kekhawatiran akan inflasi yang kembali mengalami kenaikkan di mana tentu saja pelbagai bank sentral juga pasti akan bersiap menaikkan tingkat suku bunga acuan," kata Nico. (Z-11))
Tuan rumah KTT Iklim COP28 tahun ini adalah UEA. Meski menjadi pemimpin dalam hal perubahan iklim, kepentingan nasional UEA pasti akan mempengaruhi hasil KTT.
Brasil merupakan produsen minyak terbesar di Amerika Selatan dan masuk dalam 10 produsen minyak mentah terbesar di dunia.
Menurut Parolin, Paus menyerukan diakhirinya penggunaan batu bara, minyak dan gas serta perubahan gaya hidup. Itu untuk menyelamatkan planet ini.
OTORITAS Venezuela mengklaim 95% pemilih dalam referendum tidak mengikat menyetujui klaim Essequibo yang dimiliki Guyana.
ANGKATAN Laut Iran menyita kapal tanker minyak milik Amerika Serikat di Laut Oman berdasarkan perintah pengadilan.
Presiden Joe Biden mengumumkan langkah eksekutif yang akan melarang pengembangan minyak dan gas di sebagian wilayah Samudra Atlantik dan Pasifik.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan segera berbicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Hubungan Washington dan Beijing oleh sejumlah isu yang membawa kerenggangan.
ARAB Saudi mengumumkan pemangkasan produksi minyak menyusul pertemuan dengan 13 anggota OPEC untuk menopang harga meskipun ada kekhawatiran akan terjadinya resesi.
MANTAN Dirut BEI Hasan Zein Mahmud melihat memanasnya perang di Israel dan Palestina akan berdampak pada kenaikan harga minyak dunia.
PERANG antara kelompok Hamas dan Israel menimbulkan salah satu risiko geopolitik paling signifikan terhadap pasar minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.
Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan kapal-kapal yang menuju Pelabuhan Israel.
MAHASISWA Universitas Syiah Kuala (USK) berhasil mendapatkan Silver Medal, pada kegiatan International Walisongo Science Competition 2023 (IWSC).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved