Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
PANDEMI covid-19 meluluhlantakkan banyak sektor ekonomi, tidak terkecuali di bisnis event organizer (EO). Banyak pelaku bisnis EO berguguran lantaran acara sepi dan perizinan sulit. Namun nasib baik justru datang kepada Reza Nurfadilah dan Ardilla Gayatri (Dilla), pendiri Creativewarehouse. Saat covid-19 melanda, bisnis EO yang dikelola mereka melejit pesat dengan penyesuaian yang ada saat pandemi.
"Mungkin karena kami pemain baru yang muncul di tengah covid-19 sehingga ide dan konsep masih fresh dan beradaptasi dengan keadaan waktu itu," terang Reza dalam keterangan tertulis, Kamis (13/7). Cerita sepasang suami istri itu mendirikan Creatiwarehouse pada 2020 bermodal nekat.
Reza yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di dunia event didukung oleh Ardilla yang kawakan di dunia agensi periklanan menawarkan konsep EO yang berbeda. "Kami lebih menjual ide dan servis yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan klien. Jadi kami tidak hanya berbicara mengenai awareness, experience, tetapi sampai ke poin sales yang tentu pasti dibutuhkan setiap klien. Dengan segmen klien menengah ke atas yang menginginkan servis taraf atas tetapi dengan bujet yang fleksibel."
Baca juga: PLN Gandeng ACWA Power dan Pupuk Indonesia Kembangkan Hidrogen Hijau
Dengan strategi tersebut, mereka mengaku bisa meraup omzet miliaran rupiah selama pandemi. Kunci keberhasilan Creativewarehose ialah fleksibilitas pada bujet. Setiap klien menginginkan ada event meski dalam skala kecil. Hanya waktu itu terbentur pada peraturan PSBB dan bujet karena bisnis sedang turun sehingga membuat pelaku EO lain memilih menutup usaha, karena tidak bisa menutupi biaya produksi.
Alhasil buat Reza dan Ardilla kondisi itu merupakan celah untuk menjalankan blue ocean strategy dengan cara menciptakan market baru yaitu one stop event organizer. Kini klien mereka berasal dari berbagai perusahaan antara lain Otsuka Group, Kalbe Group, Sinarmas Group, Pegadaian, Wings Group, dan berbagai kementerian serta BUMN.
Bagi Reza dan Dilla, bisnis merupakan dunia yang mereka geluti dari remaja. Berbagai bisnis mereka jajal, mulai dari menjual lampu di pinggir jalan dengan penghasilan Rp50 ribu per hari hingga usaha fotokopi, manajemen SPG/SPB/usher, F&B, sampai akhirnya terjun ke bidang agensi periklanan dan event organizer. Selama 10 tahun ini pasangan suami istri ini mengaku merasakan jatuh bangun, bahkan sempat rugi ratusan juta.
Baca juga: Keuntungan TCS India Dipengaruhi Barat sebagai Pasar Utama
Mendirikan usaha event organizer tanpa sokongan dana dari investor dan di tengah pandemi bukan hal mudah. Namun pasangan ini memiliki mimpi untuk membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi teman-temannya. "Kami meyakini dengan niat baik, hasilnya pasti baik. Banyak teman-teman yang harus kehilangan pekerjaan ketika pandemi sehingga kami memutuskan untuk membantu mereka dengan modal yang ada. Hasilnya seperti yang dialami sekarang. Creativewarehouse berhasil bertahan dan tumbuh pesar dengan rata-rata omzet Rp500 juta-Rp750 juta per bulan dengan total lebih dari 10 klien," tandas Reza.
Ke depan, Creativewarehouse terus mengembangkan servisnya, sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan klien dari sisi offline event tetapi bisa mengombinasikan layanan mereka terintegrasi dengan online dan mengembangkan kreativitas sesuai dengan keinginan klien.
Di samping itu, Creativewarehouse berharap bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi. Karena dalam satu kali event, mereka bisa mempekerjakan 30-40 orang. Bayangkan jika setiap hari minimal ada satu event. ini bisa memperkerjakan ratusan orang per minggu. (Z-2)
Upaya pemberdayaan kewirausahaan, keuangan, dan kesiapan kerja telah memberikan dampak kepada lebih dari 9.700 siswa dari 50 SMA dan SMK di 14 kota/kabupaten di Indonesia.
Pekan Nasional Mengajar diselenggarakan di 58 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di berbagai wilayah Indonesia, melibatkan sedikitnya 1.740 siswa untuk menumbuhkan semangat wirausaha
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mendukung pembangunan sumber daya manusia Indonesia melalui program PNM Mengajar. Sebanyak 58 Cabang PNM secara serentak terlibat dalam kegiatan ini.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
WAKIL Menteri Pertanian, Sudaryono menyebut Program YESS berhasil memberdayakan generasi muda untuk menjadi wirausaha di sektor pertanian.
PROGRAM Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan). Petani muda
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved