NILAI tukar rupiah pada penutupan pasar Kamis (8/6) ini, ditutup melemah 17 poin, di level Rp14.895 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.878.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar Amerika Serikat sedikit melemah yaitu 0,21% namun tetap mendekati level tertinggi dalam 2 bulan di level 103,88.
Imbal hasil US treasury turun karena para pelaku pasar memprakirakan Bank sentral AS secara luas akan menjeda siklus kenaikan suku bunga minggu depan.
"Ekspektasi berkembang bahwa ini bisa hanya sementara dan kenaikan suku bunga lainnya masih akan berlanjut mungkin di Juli," kata Ibrahim, Kamis (8/6).
Baca juga : Faisal Basri Ungkap Investasi di RI Tak Lagi Menarik di Mata Jepang
Ekspektasi peningkatan suku bunga lanjutan ini karena melihat kenaikan suku bunga yang mengejutkan oleh Bank Sentral Kanada dan Bank Sentral Australia minggu lalu, untuk mengendalikan inflasi di negara mereka.
Para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa pada hari Rabu mencapai nada hawkish dan mengarahkan akan lebih banyak kenaikan suku bunga terjadi, dengan kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Baca juga : Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 2024 Diubah Berkisar 5,1%-5,7%
Data juga menunjukkan ekspor Tiongkok menyusut jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada bulan Mei sementara impor memperpanjang penurunan, meningkatkan keraguan tentang pemulihan ekonomi negara yang rapuh.
Sementara itu Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat di bawah 5 persen untuk tahun 2023.
Dalam laporan terbarunya, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya berada di level 4,7 persen. Adapun, OECD memperkirakan ekonomi RI akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2024.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh bisnis dan kepercayaan konsumen yang solid serta pulihnya sektor pariwisata sepanjang tahun ini. Ramalan OECD berada di bawah target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah, yaitu 5,3 persen.
Namun pemerintah masih optimistis target ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,3 persen sampai 5,7 persen pada 2024 dan Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2024.
"Penurunan target pertumbuhan ekonomi untuk 2024 mengindikasikan bahwa risiko ke depan masih terus meningkat. Hal ini juga sejalan dengan proyeksi beberapa lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi akan melemah pada semester kedua 2023 dan berlanjut pada 2024," kata Ibrahim. (Z-5)