Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
EKONOM senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan ada penurunan minat investasi Jepang di Indonesia. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Setiap tahunnya, JBIC merilis hasil survei atas perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang yang dinamakan Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies.
Selama enam tahun terakhir Indonesia menduduki peringkat keenam di bawah Vietnam dan Thailand dalam daftar 'Promising Countries for Overseas Business'. Di 2016, Indonesia sempat bertengger di posisi ketiga, mengalahkan Vietnam dan Thailand. Di 2014-2015, menduduki peringkat kedua. Bahkan, di 2013, Indonesia menjadi primadona investasi bagi Jepang dengan menempati peringkat pertama.
Baca juga: Faisal Basri Sebut Elon Musk Ogah-ogahan Investasi di Indonesia
"Dari survei JBIC soal negara nama yang paling menjanjikan untuk berinvestasi, Indonesia di nomor enam. Lebih dari lima tahun kesusul sama Vietnam," kata Faisal dikutip Kamis (8/6).
Ia mengatakan investor Jepang kini beralih menanamkan modal usahanya ke Vietnam karena perkembangan industri manufaktur yang pesat. Sementara di Indonesia, hanya industri sektor makanan dan minuman serta logam dasar yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) di Tanah Air.
"Saat ini, Indonesia tidak lagi menjadi daya tarik bagi Jepang dalam industri manufaktur. Di Asia, Jepang full ke Vietnam sekarang," ungkap Faisal.
Baca juga: Faisal Basri: Investasi Zaman Jokowi Paling Lambat Tumbuh
Selain itu, ia juga menyinggung tingginya biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu output atau keluaran ekonomi di Indonesia berdasarkan data Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, rata-rata angka ICOR berkisar 4-4,6%. Sedangkan, di era Presiden Joko Widodo sebesar 6,5%.
"Jadi ini boros banget. Makanya, investor nggak ada yang mau datang dan bikin produk di Indonesia," terang Faisal.
Disangkal Pemerintah
Sementara itu, pemerintah membantah pernyataan yang menyebutkan minat investasi negara lain terhadap Indonesia menurun. Sebab penanaman modal asing (PMA) di Indonesia mencatatkan pertumbuhan dan memiliki porsi yang lebih besar ketimbang penanaman modal dalam negeri (PMDN).
"Realisasi investasi PMA terjadi tren peningkatan. Itu bisa dilihat dari porsi investasi PMA terhadap realisasi investasi nasional, yaitu sekitar 54%," ujar Deputi Bidang Pengembangan Iklim dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Yuliot kepada Media Indonesia, Kamis, (8/6).
Dari data BKPM, realisasi PMA pada triwulan I 2023 mencapai Rp177 triliun, setara 53,8% dari total realisasi investasi sebesar Rp328,9 triliun. PMA di tiga bulan pertama tahun ini tercatat tumbuh 20,2% dari capaian realisasi PMA di periode yang sama pada 2022.
Adapun lima negara dengan nilai investasi terbesar di Indonesia pada triwulan I 2023 ialah Singapura US$4,3 miliar, Hong Kong US$1,5 miliar, Tiongkok US$1,2 miliar, Jepang US$1 miliar, dan Amerika Serikat US$0,8 miliar.
Jepang, kata Yuliot, masih menjadi salah satu negara yang tertarik dan menaruh minat untuk berinvestasi di Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir, misalnya penanaman modal yang dilakukan Negeri Sakura terbilang cukup baik, yakni sebesar US$2,6 miliar di 2020, US$2,3 miliar di 2021, dan US$3,6 miliar di 2022.
(Z-9)
ARAH pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai semakin suram. Indikator-indikator utama terus melemah, kebijakan publik dianggap belum efektif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Langkah pemerintah melakukan deregulasi terkait impor dan kemudahan berusaha diapresiasi.
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Sejak awal tahun ini hingga 15 Mei 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham dan SRBI masing-masing sebesar Rp52,23 triliun dan Rp20,54 triliun.
DI tengah ketidakpastian global dan naiknya tensi geopolitik, Indonesia justru mencuri perhatian sebagai salah satu primadona investasi asing di kawasan Asia Tenggara.
Sejak awal tahun ini hingga 24 April 2025, modal asing masuk bersih di pasar SBN sebesar Rp18,50 triliun.
GUBERNUR BI Perry Warjiyo mengungkapkan pergeseran dalam aliran modal asing global. Semula mayoritas investasi terkonsentrasi ke AS, tetapi kini investor mulai beralih ke komoditas emas.
Arus modal asing yang hengkang atau capital outflow di pasar keuangan Indonesia mencapai Rp3,4 triliun pada Senin (24/2).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved