Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
RAPAT Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan digelar Pertamina dalam waktu dekat dinilai merupakan saat tepat bagi direksi untuk menjelaskan badan usaha milik negara (BUMN) minyak dan gas (migas) tersebut bisa bangkit dari situasi sulit dan kondisi ketidakpastian ekonomi global.
Menurut pengamat ekonomi dan bisnis Izaac Tony Matitaputy, saat itulah direksi akan menjelaskan, bagaimana perusahaan plat merah tersebut sampai akhirnya meraih laba tertinggi dalam sejarah dan berkontribusi besar kepada negara.
Baca juga: Pertamina Teken Kontrak Kerja Sama WK Peri Mahakam dan East Natuna
"Bagaimana Pertamina mencapai semua itu. Bangkit di tengah kondisi sulit dan penuh ketidakpastian. Direksi harus menjelaskan hal tersebut pada RUPS. Termasuk, bagaimana akhirnya mereka berkontribusi sangat luar biasa kepada negara," kata dia, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (4/6).
Sepanjang 2022, lanjutnya, meski ekonomi mulai pulih namun sebenarnya masih diliputi ketidakpastian. Di antaranya, terkait kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina serta harga minyak dunia yang melambung tinggi.
Baca juga: Subholding Upstream Pertamina Raih Lima Penghargaan di Ajang APQA 2023
Dengan demikian, menurut dia, faktor-faktor pendorong BUMN dalam mengatasi situasi sulit tersebut, harus dijelaskan sampai akhirnya bisa meraih kinerja sangat positif.
Di antara berbagai faktor tersebut, tambahnya, digitalisasi Pertamina berpengaruh sangat signifikan, karena mampu meningkatkan efisiensi perusahaan di berbagai lini bisnis.
"Dengan digitalisasi, kualitas semakin terkontrol, distribusi terkontrol. Yang berkualitas buruk dan tidak efektif pun akan terpantau sehingga bisa segera dibuang. Dengan demikian efisiensi semakin meningkat dan mengatrol pula laba perusahaan," ujar Izaac.
Namun, lanjutnya, beberapa faktor lain bisa jadi juga berpengaruh terhadap kinerja Pertamina termasuk perubahan regulasi dengan para mitra di luar negeri sehingga berpengaruh pula terhadap pendapatan di setiap transaksi.
Baca juga: Begini Langkah Pertamina Mewujudkan Ketahanan Energi Berkelanjutan
Kinerja Pertamina sepanjang 2022, menurut dia, sangat positif didukung efisiensi yang terus meningkat. BUMN energi tersebut meraih laba Rp56 triliun, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah.
Selain itu pada tahun lalu Pertamina juga mampu membayar pajak Rp219,06 triliun atau meningkat 88% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Apresiasi memang harus diberikan kepada Pak Menteri Erick Thohir dan juga Pertamina. Karena semakin besar keuntungan, semakin besar juga kontribusi kepada negara," pungkas Izaac. (Ant/S-2)
Bank Mandiri tumbuh dengan strategis bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem.
Telkom mencatat laba bersih di semester pertama 2019 sebesar Rp11,08 triliun. Pendapatan konsolidasi Perseroan tercatat sebesar Rp69,35 triliun
Pertumbuhan signifikan pendapatan digital business seluler (23,1%) dan IndiHome (28,1%) menjadi lokomotif pertumbuhan Perseroan.
Kinerja PT Telkom yang sehat juga tercermin dengan meningkatnya arus kas dari kegiatan operasi yang tumbuh 23,4% menjadi Rp34,2 triliun.
PLN Kembali Cetak Kinerja Terbaik dalam Sejarah
Laba tersebut diperoleh dari total selisih keseluruhan pendapatan yang mencapai Rp1 triliun dengan total pengeluaran mencapai Rp940 miliar.
KUASA hukum PT. APMR Rusdianto Matulatuwa menegaskan bahwa seluruh pemegang saham APMR yaitu Thomas Azali dan Ruskin berikut pengurus perusahaan yang sah tidak pernah menyelenggarakan RUPS.
Pendapatan dari Penerbitan Resi Gudang PT Kliring Berjangka Indonesia (PT KBI) melonjak 176% dalam nilai transaksi dengan peningkatan berat komoditas lebih dari 10.000 ton.
Bisnis sewa menara menjadi kontributor utama pendapatan yang mencapai Rp5,4 triliun
Afiliasi Sub Holding Gas Pertamina yaitu PT Pertamina Gas (Pertagas) berhasil meraih kinerja positif pada 2021 dengan mencatatkan laba bersih sebesar USD 127,2 juta.
Perseroan pada tahun 2022 berkomitmen untuk melanjutkan sejumlah strategi yang telah ditetapkan pada 2021.
Vassilis memulai kariernya di Philip Morris pada 2003. Ia telah mengemban tanggung jawab dan penugasan di berbagai negara, termasuk Yunani, Swiss, Maroko, dan Mesir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved