MENTERI Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan para pelaku UMKM dan startup di Indonesia bisa belajar dari kesuksesan Korea Selatan (Korsel) dalam mengembangkan ekosistem startup. Hal itu diungkapkan Teten setelah melakukan kunjungan kerja ke Seoul, belum lama ini.
“Korea Selatan merupakan negara yang menjadi tolok ukur dalam mengembangkan UMKM dan startup. Hal ini terlihat dari ekosistem startup yang sudah sangat berkembang di Korea Selatan,” kata Teten dalam keterangan resmi, Minggu, (4/6).
Menurutnya, Indonesia dapat belajar banyak dari Korea Selatan karena Indonesia merupakan negara ranking 6 dengan startup terbanyak di dunia. Dalam kunjungan ke Korsel, Menteri Teten menyambangi beberapa inkubator startup yang tersebar di Kota Seoul. Salah satunya ialah TIPS Town, lembaga inkubator yang diinisiasi pemerintah Korea Selatan untuk memfasilitasi startup dalam mendapatkan investasi dari venture capital.
Baca juga: Pemberdayaan UMKM Bukan Cuma Konsep Belaka
Teten juga berkunjung ke Seoul Startup Hub, lembaga yang didirikan Pemerintah Kota Seoul untuk mendukung pengembangan startup. Lembaga tersebut tidak hanya memberikan program mentorship dan pembiayaan bagi startup, tetapi juga menyediakan sarana teknologi bagi startup untuk membuat inovasi produk sesuai dengan permintaan pasar.
Sebagai lembaga yang didirikan oleh pemerintah, Seoul Startup Hub tidak hanya berperan dalam membangun ekosistem startup dari sisi dukungan kepada startup itu sendiri. Namun, ia juga membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan yang tepat bagi pengembangan startup.
Baca juga: Puji Sambel Wader dan Botok ala Trowulan, Khofifah Hendak Jadikan Ikon Kuliner
Menkop dan UKM juga berkunjung ke kantor INNOBIZ Association untuk menghadiri Interim Reporting Seminar, salah satu agenda dalam implementasi Knowledge Sharing Program (KSP). Program KSP merupakan salah satu program kerja sama yang sedang dijalin antara Kemenkop UKM dan INNOBIZ Association.
Pada kesempatan itu, Teten menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang menyiapkan UMKM untuk naik kelas melalui pengembangan ekosistem bisnis. Harapannya, UMKM bisa bertransformasi dan naik kelas. “Kami juga sedang mendorong transformasi digital UMKM bagi sebanyak 30 juta UMKM,” ucap Menteri Teten.
Ribuan Startup
Sebelumnya, laporan dari perusahaan modal ventura, Antler, menyebut lebih dari 2.910 pendiri perusahaan rintisan (startup) di Indonesia telah mengajukan aplikasi ke Antler tahun lalu. Angka tersebut meningkat lebih dari 2.500 aplikasi pada 2021.
Jumlah itu dinilai mencerminkan Indonesia sebagai pasar digital yang berkembang dan tempat berkembangbiaknya inovasi dan kewirausahaan. Antler sendiri mencatatkan penyaluran pembiayaan kepada 24 perusahaan startup di Indonesia yang bergerak pada bidang e-commerce, fintech maupun pendidikan pada 2022.
Co-Founder dan Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara menyebut jumlah komitmen investasi akan meningkat hingga 30-an startup pada 2023. "Kami mendukung para pendiri startup untuk meluncurkan dan menskalakan generasi berikutnya dari perusahaan hebat yang menangani beberapa masalah yang paling mendesak di zaman kita," ujarnya, belum lama ini.
Sementara di wilayah Asia Tenggara, lebih dari 9.000 pendiri startup telah mengirimkan aplikasi ke program pendiri Antler pada 2022, atau meningkat lebih dari 7.000 aplikasi pada tahun 2021. Pertumbuhan itu juga mencerminkan Asia Tenggara sebagai pasar digital yang berkembang pesat dan peluang untuk inovasi.
(Z-9)