Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
HASIL Survei Bank Indonesia mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi pada Maret 2023 meningkat. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 24% atau meningkat dari SBT 9,4% pada Februari 2023. Peningkatan tersebut ditopang sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan. Peningkatan tersebut terutama dipicu kebutuhan untuk membiayai aktivitas operasional (91,5%), serta membayar kewajiban yang jatuh tempo (30,3%).
Responden menginformasikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada periode laporan antara lain dipenuhi dari dana sendiri (62,0%), penambahan pinjaman ke perbankan dalam negeri (9,2%), dan pinjaman/utang dari perusahaan induk (5,6%). "Ketiganya tercatat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Senin (17/4).
Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (7,0%) terindikasi melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana (81,0%) dan optimalisasi fasilitas eksisting (14,8%).
Baca juga: Ini Sektor Pendorong Nilai Impor Maret Naik 29,33%
Untuk tiga bulan yang akan datang (Juni 2023), kebutuhan pembiayaan korporasi diprakirakan meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal in terindikasi dari SBT 30,0% yang meningkat dibandingkan dengan SBT 26,7% pada bulan sebelumnya.
Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan pada sektor pertanian, industri pengolahan, dan penyedia makanan minuman terutama untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan (88,0%) dan membayar kewajiban jatuh tempo yang tidak bisa di-rollover (23,4%). Responden menyampaikan bahwa pemenuhan kebutuhan dana tiga bulan mendatang mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri/laba ditahan (71,3%), lebih rendah dari bulan sebelumnya (77,6%), dikuti penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri (15,0%), pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (12,6%), dan pinjaman/utang dari perusahaan induk (10,2%) yang diprakirakan meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca juga: Neraca Dagang Catatkan Surplus Ke-35 tetapi Menyusut
Sedangkan pada kebutuhan permintaan pembiayaan oleh rumah tangga melalui utang atau kredit terpantau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari pangsa responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit pada Maret 2023 sebesar 11,1% dari total responden, meningkat dibandingkan dengan 10,1% pada bulan sebelumnya.
Sumber utama pemenuhan pembiayaan rumah tangga pada Maret 2023 berasal dari pinjaman bank umum dengan pangsa sebesar 43,4%, meningkat dibandingkan 39,7% pada bulan sebelumnya. Alternatif sumber pembiayaan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah tangga, yaitu koperasi, leasing, dan teman dengan pangsa masing-masing sebesar 21,8%, 11,8%, dan 9,6%.
Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada Maret 2023 adalah Kredit Multi Guna (KMG) dengan pangsa sebesar 48,9% dari total pengajuan pembiayaan baru. Jenis pembiayaan lainnya yang diajukan responden ialah kredit kendaraan bermotor (KKB) (pangsa 17,1%), kredit peralatan rumah tangga (pangsa 12,9%), kredit kepemilikan rumah (KPR) (pangsa 9,6%), dan kartu kredit (pangsa 4,6%).
Pada Maret 2023, pengajuan KMG dan kredit peralatan rumah tangga terindikasi meningkat. Ini berbeda dengan KKB dan kartu kredit yang terindikasi melambat. Sementara itu, KPR terpantau relatif stabil.
Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan pembiayaan pada Maret 2023 dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3 juta-Rp5 juta per bulan, yaitu sebesar 42,8% dari total pengajuan, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi lain, permintaan pembiayaan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1 juta-Rp3 juta dan di atas Rp5 juta per bulan terpantau turun dibandingkan Februari 2023 dengan pangsa masing-masing sebesar 40,9% dan 16,3%.
Rencana penambahan pembiayaan ke depan oleh rumah tangga diprakirakan relatif stabil. Ini terindikasi dari responden yang berencana melakukan penambahan pembiayaan ke depan sebesar 6,4% pada Maret 2023. Ini tidak jauh berbeda dibandingkan 6,8% pada bulan sebelumnya.
Secara lebih detail, 1,0% responden rumah tangga yang disurvei pada Maret 2023 berencana menambah pembiayaan pada 3 bulan mendatang. Sekitar 1,7% lain merencanakan pengajuan kredit/utang pada 6 bulan mendatang. "Kedua rencana penambahan pembiayaan tersebut tidak banyak berubah dari hasil survei Februari 2023," kata Erwin.
Pada rencana pengajuan pembiayaan ke depan, bank umum diprakirakan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk memenuhi kebutuhan utang/kredit (pangsa 58,4%), meningkat dibandingkan dengan hasil survei periode sebelumnya (pangsa 55,6%). Sumber pembiayaan lain yang dipilih responden rumah tanaga untuk memenuhi pembiayaan ke depan ialah koperasi (pangsa 15,0%), leasing (pangsa 14,6%), dan teman (pangsa 4,7%).
Pada Maret 2023, jenis pembiayaan yang paling banyak diajukan oleh responden rumah tangga pada periode ke depan ialah KMG (pangsa 54,5%), meningkat dibandingkan Februari 2023 (pangsa 53,0%). Pengajuan KPR juga diprakirakan meningkat di masa mendatang dengan pangsa sebesar 17,1%. Di sisi lain, pengajuan pembiayaan KKB dan kredit peralatan rumah tangga dengan pangsa masing-masing sebesar 18,5% dan 5,1% diprakirakan melambat di masa mendatang.
Pada tiga bulan mendatang, mayoritas jenis pembiayaan yang akan diajukan oleh rumah tangga adalah KMG (pangsa 73,8%), lebih tinggi dibandingkan hasil survei bulan sebelumnya (pangsa 62,5%). Demikian juga permintaan kredit peralatan rumah tangga (pangsa 4,8%) diprakirakan meningkat. Sementara itu, kebutuhan terhadap KPR (pangsa 7,1%) dan KKB (pangsa 4,8%) diprakirakan berkurang pada tiga bulan mendatang.
Pada enam bulan mendatang, mayoritas kebutuhan pembiayaan yang direncanakan oleh responden rumah tangga adalah KMG (pangsa 48,6%), menurun dibandingkan bulan sebelumnya (pangsa 56,8%). Di sisi lain, KKB (pangsa 29,2%), kredit peralatan rumah tangga (pangsa 11, 1%), dan KPR (pangsa 8,3%) diprakirakan meningkat pada 6 bulan mendatang. (Z-2)
Pelaksanaan ERB 2025 secara resmi ditandai dengan pelepasan KRI Hasan Basri-382 dari Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Senin (22/7).
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia atau BI menilai keputusan tarif impor Amerika Serikat memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan Indonesia, terutama karena memberikan kepastian bagi para investor
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
LEMBAGA Survei Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru evaluasi publik atas kinerja Gubernur- Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) 2025
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Lembaga riset Ethical Politics mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 77,73%.
Pramono mengatakan enggan untuk membuat konten khusus terkait pekerjaannya. Sebab, ia tidak terlalu suka untuk tampil di media sosial.
40 persen responden mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan AS akan terlibat dalam perang besar dengan Iran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved