PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) telah melantai di pasar modal Indonesia, dengan menawarkan publik sebanyak 10.350.000.000 lembar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan ditawarkan dengan Harga Penawaran Rp 875 per saham.
PGEO merupakan perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan panas bumi terbesar secara global yang diukur dengan kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik.
Perseroan telah melaksanakan Penawaran Umum sejak 20 – 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp 9,06 triliun.
Perseroan mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak-banyaknya 630.398.000 saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program (MESOP).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan negara sangat membutuhkan para pelaku usaha di bidang energi baru terbarukan (EBT). Meski PGE baru memiliki kapasitas terpasang sebesar 672MW, namun kesempatan masih puluhan giga watt yang bisa dihasilkan di dalam negeri.
"Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia," kata Arifin pada IPO PGEO, di Jakarta, Jumat (24/2).
Industri sangat membutuhkan energi bersih, supaya bisa bersaing di pasar internasional. Untuk itu, Menteri ESDM meminta agar PGE tidak hanya berfokus pada geothermal, tetapi juga bisa memanfaatkan energi bersih lain. Sebab pada tahun 2060, Indonesia diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 500GW energi baru terbarukan, yang 50% nya antara lain berasal dari surya, air, angin, dan panas bumi.
"Geothermal energi ini pekerjaannya rumit, tetapi kalau sudah bisa mengerjakan yang rumit, yang lainnya menjadi tidak rumit lagi. Indonesia masih butuh perusahaan-perusahaan yang mau terjun dalam bidang energi bersih terbarukan. Masih sangat peluang yang bisa dimanfaatkan. Maka kembangkan kemampuan manajemen supaya perusahaan bisa menjadi role model," kata Arifin.
Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury mengatakan IPOnya PGEO menjadi kesempatan untuk mengakses pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Dana yang diperoleh dari IPO sebesar Rp 9 triliun. Harapannya dengan IPO menjadi kesempatan PGE sebagai anak usaha Pertamina untuk bisa menjadi lebih terbuka dan transparan dalam kegiatannya.
"Ini salah satu fokus kementerian BUMN untuk melaksanakan transformasi, memastikan BUMN menjadi semakin profesional dan akan dimungkinkan menjadi salahbsatu perusahaan publik dengan akuntabilitas yang jelas," kata Pahala.
Upaya untuk bisa mengembangkan kapasitas yang dimiliki PGE, diharapkan akan bisa ditingkatkan. Dalam kurun waktu 25 tahun, PGE bisa membangun kapasitas terpasang sebesar 672MW. Dalam 4 tahun mendatang diharapkan mereka bisa membangun kapasitas terpasang sebesar 1,27 GW.
"Ini membutuhkan pendanaan organik dan non organik. Kami melihat kesempatan untuk bisa mengakses pasar modal merupakan kesempatan yang baik karena kinerjanya yang mumpuni. Di triwulan III-2022, mereka sudah bisa meraih EBITDA USD 244 juta. Ini bukan perusahaan yang kecil, sudah established dan punya kesempatan tumbuh lebih besar," kata Pahala.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan dana yang terkumpul menjadi amunisi yang cukup bagi PGE untuk meningkatkan kapasitasnya, sehingga nanti bisa menaikkan berkontribusi dalam bauran energi.
Kemudian, sebagai bagian dari BUMN, maka Pertamina akan membuka diri, memperlihatkan semua aktivitas secara transparan.
"Ketiga, bagi masyarakat. Semua orang mengatakan kita harus melakukan transisi energi ke hijau untuk lingkungan yang lebih baik lagi. Ini kesempatan bagi seluruh masyarakat dan perusahaan net zero emission, dengan berpartisipasi aktif di dalam penjualan saham PGE," kata Nicke.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Ahmad Yuniarto mengatakan kesempatan untuk berpartisipasi langsung di dalam pengembangan energi bersih berbasis panas bumi di Indonesia sekarang menjadi nyata.
"Kalangan luas masyarakat bisa membantu mewujudkan pertumbuhan dari kapasitas energi terbarukan, khususnya energi panas bumi," kata Ahmad.
PGEO komitmen menumbuhkan kembangkan potensi yang ada, dalam jangka waktu menengah 5 tahun ke depan emiten mempunyai rencana menambah kapasitas sebesar 600MW.
"Hasil dari IPO ini fokus utamanya untuk terus menumbuhkembangkan kapasitas energi panas bumi, juga menguatkan kapabilitas untuk mendukung operational excellence dari basis kapasitas yang ada 672MW," kata Ahmad.
Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027.
PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara seperti Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk berpartisipasi dalam IPO mereka.
Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang berpartisipasi antara lain Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan energi bersih yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4%, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9% dalam periode yang sama.
Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang 28% dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.
Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).
Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera
Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW. (E-1)