BIYUNG Indonesia memanfaatkan akun Instagram mereka untuk menyebarkan konten edukasi terkait dengan kesehatan reproduksi serta cara-cara perawatan pembalut kain. Misalnya tanda noda darah di pembalut kain yang sudah dicuci atau cara penjemuran.
Mereka juga banyak memproduksi konten-konten terkait dengan hak-hak perempuan atau persoalan yang masih dihadapi. Seperti mengenalkan istilah period poverty. Situasi yang dialami perempuan ketika mereka kesulitan mengakses pengetahuan dan produk menstruasi.
Dalam penyebaran konten-konten di Instagram, Biyung enggan menjustifikasi perempuan yang tidak atau belum menggunakan pembalut kain. Menurut Westiani Agustin, sang pemilik Biyung Indonesia, jika ingin berbicara keadilan lingkungan, itu juga harus adil untuk manusianya.
“Perempuan itu, kan, korban dari sistem dan upaya edukasi yang dilakukan adalah dengan cara-cara yang juga mendukung. Tidak membuat stigma dan persoalan baru. Media sosial membantu kami meluaskan edukasi dan memunculkan kesadaran baru.”
Bagi Ani, sapaan Westiani, penggunaan media sosial berimpak secara signifikan dalam membantu kampanye Biyung. Platform tersebut juga dijadikan Biyung sebagai etalase untuk tidak saja membicarakan produk, tetapi juga edukasi dan advokasi. (M-3)