Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ekonom Yakin Deflasi Hanya Bersifat Sementara

M. Ilham Ramadhan Avisena
02/11/2022 13:25
Ekonom Yakin Deflasi Hanya Bersifat Sementara
Harga sejumlah komoditas di pasar tradisional di Jawa Tengah masih fluktuatif.(MI/Tosiani)

EKONOM dari Segara Institut Piter Abdullah menyatakan, deflasi yang terjadi di Indonesia hanya akan bersifat sementara. Tren yang bakal terjadi ke depan, kata dia, ialah peningkatan inflasi seiring kondisi global.

"Deflasi yang terjadi sekarang ini diyakini bersifat temporer saja, tidak akan terus menerus. Tren jangka panjangnya masih dorongan inflasi," ujarnya saat dihubungi, Rabu (2/11).

Piter mengatakan, deflasi pada Oktober disebabkan oleh upaya pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengendalikan harga-harga bahan pangan. Hal itu terlihat dari komponen volatile price (harga bergejolak) yang mengalami penurunan inflasi dari 9,02% (year on year/yoy) di September menjadi 7,19% (yoy).

Sementara bahan makanan tercatat mengalami deflasi lebih dalam secara bulanan. Pada Oktober 2022, deflasi bahan pangan ada di level -1,49% (month to month/mtm) lebih dalam dari bulan sebelumnya, yakni -0,68% (mtm).

Lebih lanjut, Piter menyatakan, deflasi yang terjadi pada Oktober dapat mengompensasi tingkat inflasi sepanjang 2022 ini. Dia menyatakan, karena deflasi itu, tingkat inflasi tahun ini berpotensi lebih rendah dari 6%.

"Dengan deflasi ini, inflasi indonesia tahun 2022 masih akan tetap terjaga dibawah 6%. Cukup rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang saat ini masih berjuang melawan inflasi tinggi," terangnya.

Senada, Ekonom Makroekonomi dan Keuangan dari Lembaga Penyelidikan Masyarakat dan Ekonomi Universitas Indonesia Teuku Riefky menyatakan, komponen pangan menjadi faktor utama pendorong terjadinya deflasi pada Oktober 2022.

Hal itu karena terjadi penurunan harga pangan akibat stok yang meningkat dan operasi pasar yang dilakukan pemerintah. "Deflasi ini sebetulnya terjadi karena stok pangan yang meningkat dan operasi pasar yang relatif berhasil. Ini kemudian mendorong turunnya harga pangan," ujarnya.

Dia mengatakan, deflasi yang terjadi pada Oktober masih tergolong relatif aman. Sebab, di saat yang sama, inflasi pada komponen inti mengalami sedikit peningkatan. Itu berarti masyarakat masih memiliki daya beli.

Pemerintah, kata Riefky, telah berhasil menekan peningkatan inflasi pangan. Ini menurutnya perlu untuk dijaga. Sebab, tren ancaman inflasi masih membayangi Indonesia.

"Memang ke depan tampaknya inflasi masih tinggi, karena second round dari kenaikan harga BBM juga masih terus terasa. Tampaknya, BI juga perlu terus melakukan stance pengetatan kebijakan moneter untuk mengembalikan inflasi ke target sasaran 3-4%," ujarnya.

"Ini juga perlu terus untuk ahead of the curve, karena dari sisi bank sentral AS, The Fed, juga masih akan terus agresif," lanjut Riefky.

Diketahui sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya deflasi pada Oktober 2022 di level 0,11% (mtm), jauh berbeda dibanding kondisi September yang mengalami inflasi sebesar 1,17% (mtm).

Dengan deflasi di Oktober itu, maka inflasi secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 5,71% (yoy), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 5,95% (yoy). Sedangkan inflasi tahun kalender (year to date) tercatat sebesar 4,73%. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya