DIREKTUR Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil bisa mengurangi emisi karbon hingga 50% di Tanah Air
Dari perhitungan PLN, satu liter BBM sama dengan 1,2 kilowatt hour (kWh) listrik. Emisi karbon satu liter BBM itu senilai 2,4 kilogram. Sedangkan, 1 kWh listrik pada sistem kelistrikan di Indonesia yang masih ditopang oleh PLTU, emisinya sekitar 0,85 kg CO2e. Artinya kalau 1,2 kWh, emisinya sekitar 1,1 kg CO2e.
"Dengan menggunakan kendaraan listrik maka kita sudah menjadi bagian dalam mengurangi emisi karbon lebih dari 50%," kata Darmawan dalam keterangannya, Kamis (13/10).
Ia menjelaskan sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang emisi karbon tertinggi di Indonesia. Tak kurang dari 280 juta ton CO2e dihasilkan dari sektor transportasi. Jika dibiarkan, maka emisi di 2060 akan ada 860 juta ton CO2e per tahun.
Untuk mempermudah pengguna kendaraan listrik, PLN siap memberikan berbagai insentif dan layanan, salah satunya dengan layanan home charging.
“Ini perubahan gaya hidup. PLN akan memfasilitasi dengan menyediakan home charging untuk setiap pembelian kendaraan listrik," tutur Darmawan.
Baca juga: Instansi Pusat dan Daerah harus Jadi Role Model Penggunaan Kendaraan Listrik
Pihaknya pun telah bekerja sama dengan para produsen kendaraan listrik. Sehingga ketika ada pembelian, datanya tersebut langsung masuk di PLN.
"Lalu kita akan pasangkan langsung home charging di rumahnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwodari mengatakan indeks kualitas udara di kota-kota besar sangat rendah. Menurut catatan KLHK, Jakarta contohnya, untuk kualitas udara dalam setahun pada 2021 hanya 12,88%.
“Jadi penggunaan kendaraan listrik itu pada intinya adalah untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam yang semakin terbatas, khususnya dalam hal bahan bakar fosil," tutupnya.(OL-5)