Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan 2 juta lebih nelayan merugi karena biaya melaut yang tinggi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini menjelaskan, nelayan atau pengusaha yang memiliki kapal berbobot lebih dari 10 gross ton (GT) paling merasakan dampak imbas kenaikan harga komoditas energi itu.
"Untuk kapal yang diatas 10 GT itu ada 200 ribu kapal, kalau dikalikan 10 orang per kapal bisa sampai 2 juta nelayan yang terdampak langsung terhadap kenaikan BBM," ujarnya di Kantor KKP, Kamis (28/7).
Baca juga : Pemerintah Luncurkan Program Solar Subsidi untuk Nelayan
Kemudian, untuk pemilk kapal di atas 30 GT mencapai 200 ribu orang.
Angka ini dihitung berdasarkan jumlah izin kapal sebanyak 6.700 unit dengan dikali rata-rata 30 nelayan per kapal. Sehingga, diperkirakan ada 2,2 juta nelayan yang merugi karena harus membayar lebih biaya operasional.
Zaini menerangkan, untuk kapal bermuatan di bawah 5 GT mendapat subsidi solar dari pemerintah dengan harga di bawah Rp10 ribu per liter, sedangkan di atas muatan itu tidak mendapat subsidi dengan harga solar sekitar 18-20 ribuan per liter.
Baca juga : KSBI Minta Harga BBM Subsidi Dievaluasi atau Gaji Buruh Dinaikkan
"Kalau di bawah 5 GT dia ada subsidi, dia tidak langsung terdampak. Tapi yang di atas 10 GT berdampak sekali. Ini otomatis bisa jadi pengangguran," kata Zaini.
Ia menambahkn, kapal-kapal Pelabuhan Muara Baru di Jakarta Utara banyak yang menumpuk karena tidak beroperasi. Dari yang sebelumnya ada 300 kapal, saat ini menjadi 800 kapal yang mangkrak.
"Anda bisa melihat ke Muara Baru betapa menumpuknya kapal-kapal itu. Sekarang sudah mencapai 800 kapal, ini karena dampak kenaikan BBM," terangnya.
Zaini menambahkan, jumlah kapal yang melaut pun menyusut hingga 50%. "Yang minta berlayar itu drop 50%. Tadinya 4.000 ribu, sekarang 2000 ribuan kapal tidak melaut," pungkasnya. (Ins/OL-09)
Awalnya, penyesuaian direncanakan mulai berlaku pada 1 Mei 2025. Nsmun pelaksanaan serentak akhirnya diputuskan pada Senin, 16 Juni 2025.
KPPU mengungkapkan berdasarkan hasil survei pemantauan di pasar tradisional, ditemukan bahwa mayoritas komoditas pangan mengalami lonjakan harga menjelang Lebaran 2025.
Kenaikan juga terjadi pada sayuran, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, gula pasir, beras dan terigu.
Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya menjadi 0,5%, level tertinggi dalam 17 tahun, sebagai respons terhadap kenaikan harga konsumen.
PEMERINTAH memastikan barang-barang kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat luas tak akan mengalami kenaikan harga meski PNN 12 persen.
Harga beras dan daging ayam di Kota Medan dan sekitarnya mulai merangkak naik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (nataru).
Pemerintah menegaskan bahwa penerimaan negara dari sektor perikanan melalui skema Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) harus berlandaskan prinsip keadilan sosial.
Dia mengatakan jenazah perempuan itu ditemukan nelayan bernama Adi Prasetyo sekitar empat kilometer dari pantai Desa Pengambengan.
CUACA buruk yang melanda perairan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam sebulan terakhir bikin tangkapan nelayan menurun drastis.
Santoso, seorang nelayanJembrana, Bali, yang sedang melaut sekitar dua kilometer dari pantai mendengar suara minta tolong korban selamat kapal KMP Tunu Pratama Jaya
“Diduga ledakan terjadi karena gesekan serbuk korek api saat bom ikan dirakit dalam botol saus tomat, hingga memicu percikan api,”
PENURUNAN permukaan tanah dan kenaikan permukaan laut menyebabkan migrasi besar-besaran para nelayan dari Pantura, khususnya daerah Indramayu, Cirebon, dan Tegal ke Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved