Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DEKAN Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Mirni Lamid menyebutkan penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) memerlukan respons dan kerja cepat. Hingga saat ini, Mirni menyebut penanganannya telah dilaksanakan maksimal, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
"Kami harapkan masyarakat tidak boleh panik karena penanganan PMK di Jawa Timur terus dilakukan secara maksimal," ujar Prof.Mirni saat dihubungi pada Selasa (24/5).
Mirni mengapresiasi kerja sama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemprov Jawa Timur dalam menangani PMK. Pemprov Jawa Timur dinilai sigap dan selalu siap merespon semua informasi yang masuk melalui posko darurat.
"Saya melihat pemdanya luar biasa karena betul-betul turun langsung ke lapangan. Jadi begitu ada arahan dari pemerintah pusat, semua jajaran bekerja cepat. Saya kira ini sangat luar biasa sekali," sebutnya.
Baca juga: Merebaknya PMK di Indonesia, Diduga Imbas Naiknya Kasus di Kawasan Asia Tenggara
Menurut Mirni, Pemprov Jawa Timur juga mengintruksikan semua kabupaten yang ada untuk melakukan penyemprotan kandang dan semua manusia yang keluar masuk area kandang. Kemudian melakukan penyuntukan vitamin untuk menambah daya tahan imun tubuh hewan.
"Kandang dan tiap dindingnya secara rutin terus dilakukan penyemprotan. Sapi dan bagian bagian yang sakitnya terus dilakukan pengobatan. Semua tiga pilar (Pemda, TNI dan Polri) bekerja cepat dan meresponnya secara sigap," katanya.
Meski demikian, Mirni berharap aturan lockdown dapat dilonggarkan untuk menghidupkan perekonomian masyarakat. Baginya, pengiriman boleh tetap dilakukan untuk sapi yang sehat dan telah melalui pemeriksaan dokter hewan.
"Yang tidak boleh itu sapi dalam keadaan sakit atau yang terkonfirmasi positif. Kalau sapi yang sehat menurut saya boleh dikirim karena itu bisa membantu ekonomi peternak dan masyarakat luas," katanya.
Mirni menyebutkan, saat ini penanganan PMK di Jawa Timur terus dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah pencegahan penularan melalui kanal virtual maupun sosialisasi langsung bersama mahasiswa fakultas kedokteran hewan.
“Yang pasti kita terus melakukan sosialisasi baik terhadap peternak maupun masyarakat luas,” pungkasnya. (RO/OL-09)
PMK merebak di Desa Cikawungading, Cipanas, Ciheras dan Kertasari, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya,
Tingginya kasus PMK juga berdampak pada penjualan sapi di Pasar Hewan Kabupaten Purwakarta. Penjualan sapi mengalami penurunan.
Sebanyak 500 ekor sapi di Kota Bandung telah mendapatkan vaksin PMK melalui program vaksinasi yang dilakukan secara intensif selama sepekan terakhir.
SEBANYAK 36 sapi di Kecamatan Cipatujah, Parungponteng, Karangnunggal, Bantarkalong, Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mati diduga akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kasus penyebaran PMK di Kabupaten Tasikmalaya telah terjadi di 10 kecamatan
Penyebaran PMK menyebabkan 36 ekor mati dan 470 ekor sapi positif terjangkit.
Dari total 200 ekor sapi kini tinggal 10 ekor yang belum terjual.
Vaksinasi dilakukan untuk memastikan ketersediaan daging sehat dan layak konsumsi
NOVITA Pristiani, 27, sejenak memandangi ratusan bibit lele di sebuah ember besar.
Pemeriksaan kesehatan PMK sapi ini sudah kami lakukan di 34 peternakan. Kegiatan tersebut akan terus dilaksanakan hingga semua peternakan atau lokasi penggemukan di Kota Tangerang
"Ciri-cirinya yang jelas jika diperiksa mulutnya itu seperti banyak sariawan atau pecah-pecah, lidahnya juga banyak sariawan,"
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Bekasi Wadi Rima mengatakan, sebanyak 19 sapi ternak positif terjangkit PMK
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved