Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Eropa Menghadapi Ketidakpastian yang Semakin Besar

Fetry Wuryasti
12/4/2022 12:00
Eropa Menghadapi Ketidakpastian yang Semakin Besar
Benua Eropa(britannica.com )

Bank Sentral Eropa kemarin yang mengatakan bahwa mereka tidak akan terburu-buru dalam keputusan untuk menaikkan tingkat suku bunga. Sebab, antara inflasi dan perang Rusia-Ukraina yang tidak berkesudahan, telah menimbulkan ketidakpastian semakin besar.

Dewan pemerintah telah berusaha untuk menyelesaikan proses penghentian stimulus yang berakhir pada bulan Maret kemarin. Saat ini pelaku pasar dan investor akan mencari tahu, kisi-kisi tentang bagaimana Bank Sentral Eropa akan mulai menaikkan tingkat suku bunga pada tahun ini.

Eropa mengalami inflasi tercepat sepanjang sejarah di Eropa. Kenaikkan terjadi akibat naiknya biaya energi sebagai bagian dari sebuah dampak invasi Rusia ke Ukraina.

"Mengambil istilah dari abad ke 20, Knightian Uncertainty merupakan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi oleh Bank Sentral Eropa, yang memberikan sedikit gambaran bahwa mereka tengah menghadapi ketidakpastian yang tidak dapat diukur," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (12/4).

Ketakutan dan kekhawatiran yang terkait dengan perang tidak dapat dengan mudah dianalisa oleh perhitungan yang ada. Reaksi kebijakan Bank Sentral Eropa saat ini telah diliputi oleh kebimbangan akibat dampak dari invasi Rusia kepada Ukraina ditambah lagi dengan kenaikkan tingkat suku bunga oleh berbagai Bank Sentral, tidak terkecuali oleh The Fed, Bank Sentral Amerika yang akan mulai menaikkan tingkat suku bunga.

Selandia Baru mungkin saja besok akan menaikkan tingkat suku bunganya kembali. Bank Sentral Kanada juga akan mulai mempercepat pengetatan dengan menaikkan 50 bps tingkat suku bunga mereka pada pertemuan pekan ini.

"Seperti apapun keputusan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis nanti, ini akan menjadi sebuah perhatian karena diliputi oleh pembahasan mengenai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa yang masih diliputi oleh inflasi, perang, dan Covid 19," kata Nico.

Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde, mengatakan bahwa Dewan Pemerintahan akan tetap berada di jalurnya untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter, sekalipun perang antara Ukraina dengan Rusia masih belum berakhir.

Penyebab Eropa akan tetap berada di jalurnya untuk melakukan pengetatan, karena Amerika dan Kanada, mungkin akan merasakan kembali naiknya inflasi dari data perekonomian yang akan keluar minggu ini. Inflasi di Amerika bahkan diproyeksi akan menyentuh di level 8,4% minggu ini, dan mungkin menjadi inflasi tertinggi sejak 1980an.

Kenaikkan biaya energi merupakan yang tertinggi sejak 2005 silam. Untuk Bank Sentral Kanada, kekhawatiran mengenai inflasi yang beranjak naik telah mendorong bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps – 50 bps. Hal ini tentu memberikan tekanan terhadap divergensi kebijakan moneter yang akan mempengaruhi stabilitas pasar.

Kemampuan para bank sentral untuk menjaga stabilitas pasar juga merupakan sesuatu yang sangat penting, karena akan memberikan kenyamanan dan kepastian terhadap pelaku pasar dan investor.

Bank sentral Selandia Baru juga tampaknya akan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 25 bps lagi pada hari Rabu nanti sebagai bagian dari tanggapan atas tingginya inflasi. Bank Sentral Korea kemungkinan juga akan menaikkan tingkat suku bunga, karena mereka memiliki alasan untuk melakukannya.

"Dengan begitu banyak bank sentral yang mulai menaikkan tingkat suku bunga, rasanya wajar beberapa negara yang rentan dan rapuh akan divergensi kebijakan akan mulai berfikir dan bertindak dengan cepat untuk menjaga stabilitas pasar," kata Nico.

Namun tidak semua Bank Sentral akan menaikkan tingkat suku bunga. Negara seperti Tiongkok dan Jepang lebih suka menunggu dan tidak terburu-buru, bahkan cenderung melonggarkan kebijakan meskipun terbatas. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya