Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Bank Sentral Eropa Mulai Perlambat Stimulus pada Mei

Fetry Wuryasti
11/3/2022 11:10
Bank Sentral Eropa Mulai Perlambat Stimulus pada Mei
Logo bank milik negara Rusia Sberbank (kanan) terlihat di kantor pusat anak perusahaan Eropa di Wina pada Februari 2022.(AFP)

PADA pertemuan arisan Bank Sentral Eropa, Kamis (11/3), mereka memutuskan mempercepat untuk penghentian stimulus moneter. Ini memberikan gambaran bahwa Bank Sentral Eropa mulai khawatir mengenai inflasi, daripada pertumbuhan ekonomi yang mulai kembali melemah akibat perang antara Ukraina dan Rusia, yang berpotensi mendorong inflasi kembali meningkat.

"Para pejabat Bank Sentral Eropa berjanji untuk memulai memperlambat pembelian obligasi pada bulan Mei dan diharapkan dapat menghentikan stimulus hingga kuartal III 2022," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (11/3).

Bank Sentral Eropa melihat inflasi berpotensi stabil pada tahun ini dengan target 2% secara jangka menengah.

Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde tidak menutup mata, bahwa perang yang terjadi saat ini, telah mendorong inflasi naik, yang diakibatkan oleh kenaikan harga energi.

Sikap dan keputusan ini berbeda dari yang diinginkan oleh pelaku pasar dan investor. Mereka memperkirakan bahwa Bank Sentral Eropa akan menunda kenaikan suku bunga, dan mencoba untuk menilai seberapa jauh dampak dari perang.

"Pelaku pasar dan investor berpikir demikian karena beberapa anggota Dewan di Bank Sentral Eropa juga mengindikasikan penghentian stimulus dalam skala besar akan ditunda," kata Nico.

Sikap dari Bank Sentral telah mendorong spekulasi kembali, dengan tingkat potensi kenaikan suku bunga akan terjadi pada bulan Oktober.

Bank Sentral Eropa berpotensi menaikan tingkat suku bunga sebanyak 1x pada tahun 2022 di kuartal IV 2022, dan akan 1x lagi pada kuartal I 2023, apabila kinerja perekonomian sesuai dengan ekspektasi. Setiap program pembelian obligasi berakhir, maka ada kemungkinan tingkat suku bunga dinaikkan bertahap.

"Kami melihat, sama seperti Bank Sentral lainnya, Bank Sentral Eropa akan menaikan tingkat suku bunga berdasarkan data ekonomi yang masuk setiap harinya," kata Nico.

Padahal sebelum Rusia menginvasi Ukraina pemirsa, Lagarde bilang bahwa program pembelian obligasi akan tetap dihentikan, namun kenaikan tingkat suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Tetapi melihat inflasi di Eropa yang naik hingga di atas 5%, telah mendorong probabilitas kenaikan tingkat suku bunga. Apabila perang tidak kunjung usai, ada kemungkinan inflasi akan menembus di atas 6%, dan semakin lepas kendali.

Prospek inflasi yang diperkirakan oleh Bank Sentral Eropa telah naik untuk tahun ini dari sebelumnya 3,2% menjadi 5,1%, dan akan kembali turun pada tahun 2024 menjadi 1,9%. Bank Sentral Eropa juga memangkas tingkat pertumbuhan pada tahun 2022, namun masih dalam rentang yang positif.

Pengurangan stimulus akan dimulai pada bulan Mei. Bank Sentral Eropa akan memperlambat pembelian obligasinya menjadi 30 miliar euro atau US $33 miliar dan akan dilanjutkan pada bulan Juni dengan nilai sebesar 20 miliar euro.

Lagarde melihat tindakan yang dilakukan oleh Bank Sentral bukan hanya sekedar pengetatan, melainkan lebih kepada normalisasi. Setelah normalisasi barulah pengetatan.

"Menurut kami memang seperti ini langkah-langkah normalisasi kebijakan yang nantinya pada akhirnya akan berujung pada pengetatan. Hari ini atau nanti, cepat atau lambat, Bank Sentral Eropa tetap harus membuat keputusan yang dimana harus mengantisipasi inflasi dan potensi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang," kata Nico. (OL-13)

Baca Juga: Penegasan Komitmen UEA Dorong Minyak Kembali Bangkit



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya