Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kemenperin: 80% Kebutuhan Obat Ditopang Industri Farmasi Dalam Negeri

Insi Nantika Jelita
12/12/2021 20:15
Kemenperin: 80% Kebutuhan Obat Ditopang Industri Farmasi Dalam Negeri
Ilustrasi.(MI/Moh Irfan.)

KEMENTERIAN Perindustrian mengeklaim kebutuhan obat nasional banyak ditopang oleh industri atau perusahaan farmasi dalam negeri. Kebijakan substitusi impor sebesar 35% pada 2022 pun ditargetkan dengan tujuan memberikan kesempatan bagi industri lokal untuk meningkatkan daya saing.

"Pasar farmasi Indonesia 2019 sekitar Rp88,3 triliun atau tumbuh 2,93% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, sekitar 76%-80% kebutuhan produk obat nasional sudah mampu dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri," sebut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam dalam keterangannya, Minggu (12/12).

Dia menjelaskan, bahan baku pembuatan obat terdiri dari dua bagian, yaitu bahan baku aktif atau active pharmaceutical ingredients (API) dan bahan baku tambahan atau eksipien. "Saat ini, kami bekerja keras untuk memacu investasi dan produksi dalam negeri guna menekan impor bahan baku obat," ungkapnya.

Saat ini, terdapat lima industri bahan baku obat (BBO) dalam negeri yang sudah mampu memproduksi BBO, salah satunya PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP). Perusahaan ini dikatakan mampu memproduksi sebanyak 11 jenis molekul BBO yang sudah komersial, di antaranya clopidogrel, simvastatin, dan atorvastatin. Sebanyak 11 BBO lain tengah dalam penyempurnaan, antara lain candesartan, valsartan, dan amlodipine.

Kemenperin menambahkan, industri BBO lain ialah PT Ferron Par Pharmaceutical yang memproduksi BBO omeprazol injection grade, PT Riasima Abadi Farma yang memproduksi BBO parasetamol, serta PT Kalbio Global Medika dan PT Daewoong Infion yang memproduksi BBO eritropoietin. "Industri farmasi formulasi siap menggunakan BBO hasil produksi dalam negeri dengan beberapa pertimbangan seperti keberlanjutan BBO, kesesuaian spesifikasi BBO, konsistensi BBO, kemudahan audit, waktu delivery, hingga harga yang bersaing," urai Khayam.

Khayam menuturkan, pendekatan yang dilakukan dalam kebijakan substitusi impor akan dilakukan dari sisi suplai, meliputi peningkatan produksi bahan baku dan bahan penolong untuk industri existing, peningkatan investasi baru, serta peningkatan utilisasi industri. "Upaya substitusi impor diyakini dapat membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia khususnya di sektor farmasi," bilangnya.

Baca juga: Kemendag: Mekanisme Single Submission Permudah Izin Ekspor dan Impor

Kinerja industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional serta industri bahan kimia dan barang kimia tercatat tumbuh positif sebesar 9,71% (year-on-year) pada kuartal III tahun ini. Secara umum saat ini terdapat 223 perusahaan farmasi formulasi/produk jadi terdiri dari empat perusahaan BUMN, yaitu PT Bio Farma Tbk (sebagai holding), PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Phapros Tbk, serta 195 industri swasta nasional dan 24 multinational company (MNC). (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya