Presiden: Giring Investor ke Sektor Hilir

Andhika Prasetyo
24/11/2021 13:50
Presiden: Giring Investor ke Sektor Hilir
Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (23/11/2021).(MI/Istana Kepresidenan/Agus Suparto.)

PRESIDEN Joko Widodo menginstruksikan kepada seluruh jajaran menteri dan kepala daerah untuk menggiring para investor menanamkan modal di sektor hilir. Langkah tersebut harus dilakukan demi mewujudkan kemandirian industri nasional dan menciptakan nilai tambah yang tinggi di dalam negeri.

"Giring investor membuat barang jadi. Kalau tidak mau barang jadi, ya sudah, setengah jadi minimal. Ini yang bolak-balik saya sampaikan. Transformasi ekonomi yang kita mau di situ. Investasi harus yang memiliki nilai tambah tinggi," ujar Jokowi dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021 di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (24/11).

Kepala negara menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh lagi menjual produk-produk mentah ke luar negeri.
Pelarangan ekspor nikel, yang telah diterapkan sejak tahun lalu menjadi pembuka sebelum nanti komoditas-komoditas lain akan mendapatkan perlakuan serupa.

"Mungkin tahun depan kita stop yang ekspor bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi stop ekspor tembaga mentah. Tahun depannya lagi timah mentah. Itu terus akan kita lakukan karena nilai tambah di situ lompatannya besar-besar," jelas mantan wali kota Solo itu.

Ia pun memberikan bukti konkret terkait tingginya nilai tambah yang diperoleh Indonesia. Empat tahun lalu, ketika nikel masih diperdagangkan dalam bentuk mentah, nilai ekspor komoditas tersebut hanya Rp15 triliun. Sekarang, setelah diwajibkan ekspor dalam bentuk jadi atau setengah jadi, nilai yang diraih mencapai Rp280 triliun.

"Itu yang namanya nilai tambah. Tentu juga negara mendapatkan tambahan royalti, bea keluar, PNBP, dan pajak-pajak yang lain," jelasnya.

Baca juga: Kementan: Stok Jagung Nasional Diperkuat di Sentra Produksi

Pemerintah daerah pun memperoleh manfaat berupa peredaran uang yang sangat besar. Maluku Utara dan Morowali dapat menjadi gambaran dari keberhasilan larangan ekspor bahan mentah. "Jadi sekali lagi, ekonomi kita yang tadinya berbasis sumber daya mentah, satu per satu akan masuk ke setengah jadi, masuk ke barang jadi, hingga mendorong nilai tambah," tandasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya