Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
PEMERINTAH menilai proyeksi ekonomi Indonesia di 2021 yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan International Monetary Fund (IMF) terlalu rendah. Pengambil kebijakan meyakini ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi dari yang diperkirakan dua lembaga internasional tersebut.
OECD memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 3,7% di 2021 dan 4,9% di 2022. Sedangkan IMF memperkirakan Indonesia akan mengalami pertumbuhan 3,2% di 2021 dan 5,9% di 2022.
"Prediksi tersebut menurut kita terlalu rendah, karena kita melihat di triwulan III walaupun kita terhantam delta, dan dengan langkah pemerintah bisa mengendalikan secara cepat dan efektif," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan secara daring, Rabu (27/10).
Indonesia, lanjutnya, diyakini akan memiliki pertumbuhan ekonomi 4% di 2021. Optimisme tersebut didasar pada efektivitas efektivitas penanganan pandemi yang merambat pada perbaikan aktivitas ekonomi nasional.
Efektivitas penanganan pandemi dan membaiknya aktivitas ekonomi, kata Sri Mulyani, akan membuat ekonomi Indonesia di triwulan III tumbuh 4,5%. Perbaikan itu juga diperkirakan terus berlanjut di triwulan IV dengan pertumbuhan 5,4%. "Jadi secara keseluruhan ekonomi tahun ini diproyeksikan 4%, lebih tinggi dari OECD dan IMF," ujar dia.
Ani, sapaan karib Sri Mulyani bilang, proyeksi yang dikeluarkan oleh OECD dan IMF didasari pada kemampuan negara menangani pandemi. Namun pemerintah menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara ketat pada Juli dan Agustus berhasil menyeimbangkan dua sisi, yakni penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Di samping itu pengambil kebijakan juga terus mengakselerasi program vaksinasi. Itu diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas ekonomi.
Ani mengatakan, efektivitas kebijakan pemerintah itu akan makin kokoh bila semua pihak tetap menerapkan disiplin protokol kesehatan. Sebab, itu amat menentukan kemampuan Indonesia menormalisasi aktivitas ekonomi.
Lebih lanjut Ani menyampaikan, OECD dan IMF turut mengoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi global. Itu karena gangguan kinerja ekonomi dunia berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
OECD merevisi pertumbuhan ekonomi global di 2021 dari sebelumnya 5,8% menjadi 5,7%. Sedangkan IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 5,9% dari prediksi sebelumnya di angka 6%.
Kondisi ekonomi dunia itu dinilai akan mempengaruhi ekonomi Indonesia. Karenanya, Ani memastikan kebijakan penanganan pandemi untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional akan dioptimalkan oleh pemerintah.
"Meski dengan tantangan global yang terjadi, pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut, didukung oleh keberhasilan penanganan covid-19," ujarnya. (E-3)
Gaikindo menyatakan daya beli masyarakat saat ini masih lesu, tercermin dari tren penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Core menilai ada kejanggalan beberapa komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Ekonomi Jawa Timur secara kuartal tumbuh impresif dan mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa yang mencapai 3,09%.
Tulus Abadi menuding angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak tidak mencerminkan kondisi masyarakat di lapangan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 6 Agustus 2025, dibuka menguat 16,41 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.531,60.
Data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang baru dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) penuh kejanggalan dan tanda tanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved